Baru kemarin Nahdlatul Ulama (Nu) melaksanakan perayaan usia satu abad di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Semangat para warga nahdliyin dalam perayaan 100 abad Nahdlatul Ulama terlihat begitut antusias. Terbukti dengan kedatangnya berbagai lapisan banom-banom NU baik muda ataupun tua. Mulai dari Ipnu Dan Ippnu, Gerakan Pemuda Ansor, Fatayat Muslimat, Pagar Nusa dan lainya dari seluruh penjuru Indonesia memadati stadion Gelora Delta Sidoarjo. Saya turut senang dan bersyukur atas usia Nahdlatul Ulama yang ke-100 tahun dan sekarang ini menginjak abad kedua. Walaupun saat puncak resepsi saya sendiri tidak dapat menghadiri secara langsung namun doa tetap terpanjatkan untuk jam'iyah tercinta.
Sopo kang gelem ngurusi NU, tak anggep santriku. Sopo kang dadi santriku, tak dongakno khusnul khotimah sak dzurriyahe
begitulah dawuhe Hadratus Syekh Kyai Hasyim Asy'ari Pendiri NU. Tutur kata dari Kh. Hasyim itu memiliki arti "Siapa yang mau mengurusi NU akan dianggap Santri oleh Kyai Hasyim Asy'ari, Siapa yang menjadi santrinya akan didoakan Husnul Khotimah hingga anak cucunya". Kata-kata dari Kyai Hasyim Asy'ari itu sendiri yang masih menjadi motivasi saya untuk tetap Berhikmat pada Nahdlatul Ulama.
Sejak kecil Saya dibesarkan di lingkungan Nahdlatul Ulama. Bahkan Nahdlatul Ulama sendiri menjadi organisasi mayoritas yang diikuti oleh masyarakat di daerah saya. Dan perkenalkan saya adalah seorang kader IPPNU asal Kecamatan Reban Kabupaten Batang Jawa Tengah. Eksistensi Nahdlatul Ulama yang telah dibangun oleh para muassis-muassis NU hingga sampai saat ini menjadi tanggung jawab besar. Bagi kami para kader muda Nahdlatul Ulama, untuk tetap mempertahankan tradisi-tradisi dan tetap bersinergi untuk menyeimbangkan antara Nahdlatul Ulama dengan kemajuan zaman, Usia Nahdlatul Ulama yang kini mengajak abad ke-2 menjadi PR besar bagi kami para kader muda NU untuk memberikan gebrakan baru NU yang lebih maju.
Namun dibalik pembentukan sumber daya kader yang nantinya memiliki skill dan kemampuan intelektual Keilmuan dan keagamaan. melakukan proses pengkaderan pengenalan Nahdlatul Ulama sejak dini mulai dari tingkat ranting-ranting atau desa sangatlah perlu dikencangkan secara terus-menerus agar doktrin rasa cinta terhadap Nahdlatul Ulama tertanam sejak dini.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) & Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
Di sini saya menuliskan Sebuah hal yang memang sesuai dengan usia saya sebagai kader IPPNU. Ketika saya mendengarkan lirik Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon hubbul Wathon minal iman yang dinyanyikan serempak oleh para kader IPNU IPPNU saat kami berkegiatan. Rasanya Saya ingin selalu menambah personil kami di IPNU IPPNU agar semakin banyak. Sebagai badan otonom termuda di Nahdlatul Ulama Kami para kader IPNU IPPNU memiliki semangat yang tidak boleh kalah dan harus lebih dari banom di atas kami terhadap NU. Seperti halnya banom banom NU lainnya IPNU IPPNU juga memiliki tingkat pengkaderan untuk para calon NU muda.
MAKESTA
Makesta atau Masa Kesetiaan Anggota merupakan jenjang kaderisasi pertama bagi seseorang yang ingin bergabung dengan IPNU IPPNU. Makesta sendiri dapat dilaksanakan oleh pimpinan ranting dan komisariat (sekolah) sebagai wujud belajar pengorganisasian sebuah acara bagi anak ranting atau komisariat. Saya masih ingat jelas Ketika saya melaksanakan makesta di SMK NU saya dulu. Satu hari itu saya disuguhkan dengan materi dasar dari Nahdlatul Ulama mulai dari ke-Nu-an, ke-aswajaan dan tradisi NU, ke-organisasian, ke-indonesiaan karena sejatinya Nahdlatul Ulama merupakan organisasi yang begitu nasionalis. Awalnya saya sendiri tidak tertarik dengan IPNU IPPNU namun dengan beriringnya waktu saya berkenalan dengan banyak hal melalui proses pengkaderan ini.
Panggilan rekan dan rekanita akrab kami dengar di IPNU IPPNU. karena setelah resmi menjadi anggota IPNU IPPNU. memanggil anak putra dengan sebutan rekan dan anak Putri dengan sebutan rekanita menjadi kewajiban untuk kami sebagai tanda kekeluargaan yang semakin erat.
Berminat Mengikuti MAKESTA?
LAKMUD