Lihat ke Halaman Asli

Satu Kwintal Ikan Mati Setiap Kali Panen

Diperbarui: 8 Oktober 2018   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sukoharjo - sebanyak satu kwintal ikan nila, emas,  guramai,  lele dan beberapa jenis ikan lain nya mati setiap kali panen.  Senin (8/10) kondisi waduk Mulur kian memprihatinkan.  Waduk yang bertempat di dukuh Dondong,  Desa Mulur,  Kecamatan Mbendosari,  kabupaten  Sukoharjo mengalami penyusutan air yang signifikan. Cuaca ekstrem dan kemaraunpanjang mengakibatkan peternak ikan karamba mengalami gagal panen.

"Kemarau tahun ini menyisakan seperempat air waduk,  dari debit normal biasanya",  ujar pak Bandung (45) selaku ketua Paguyuban petani keramba di waduk mulur.

Kondisi ini  membuat para petani kramba mengalami gagal panan.  Ikan yang biasanya dapat dipanen dua sampai tiga kali dalam seminggu kini hanya dapat dipanen dua sampai tiga minggu sekali.  Dengan pencapaian yang sama yakni dua setengah sampai tiga kwintal dalam sekali pamen.

"Disini ada sekitar dua puluh anggota petani keramba yang memiliki ternak ikan secara aktif, tapi dengan kondisi seperti ini sekarang hanya sekitar sepuluh petani yang masih tetap mengembangkan bibit ikan untuk terus dipanen" lanjut pak Bandung.

Meskipun tidak didapati kerugian yang signifikan. Petani tetap mengalami daya penurunan.  Ikan yang seharusnya bisa di budi daya lebih banyak, pada akhirnya hanya dapat di budidaya setengah dari biasanya.

"ya, kalau dimusim penghujan kita bisa mengembangkan sekitar seribu ikan,  sekarang paling cuma lima ratusan, setengah dari biasanya", tutur pak Bandung dalam mengantisipasi budi daya ikan air tawar di musim kemarau seperti ini.

Pak Parman (44) salah seorang petani keramba yang membantu merawat jaring kramba milik bapak Sutadi.  menuturkan " dengan kondisi kekeringan dan menyusut nya air sejak awal musim kemarau, membuat pak Sutadi mengalami gagal panen,  banyak ikan tak layak panen karna ikan banyak yang mati".

Selain kerugian ikan yang mengalami kematian,  kerugian juga dirasa dalam hal membeli pakan ikan.  Jika dalam sehari dapat menghabiskan tiga hingga empat sak kantong pakan, dengan harga per sak tiga ratus tiga puluh ribu. Sedangkan ikan  dapat dipanen dalam jangka waktu yang lama. Maka kerugian pun cukup dirasa oleh bapak parman selaku petani ikan kramba yang membantu pak Sutadi dalam mengembangkan ternak ikannya.  

Kondisi ini dirasa sangat memberatkan petani ikan di Waduk Mulur, karna jika dibandingkan dengan kondisi normal, musim kemarau ini dapat mengakibatkan 1 kwintal kematian ikan pada setiap panen diwaduk Mulur. Kurang nya air bersih dan mendangkalnya pengairan waduk, Menjadikan  pengurangan budi daya ikan sebagai antisipasi yang pas agar tidak semakin banyak ikan yang mengalami kematian. Selain itu hal ini dianggap dapat menghemat pakan yang seharusnya nya disediakan lebih banyak.

"Namanya juga petani, Sama halnya dengan petani yang lain kadang juga ada yang dimakan hama dan kondisi lingkungan yang tidak menentu juga harus siap sewaktu waktu. Untung rugi itu pasti ada. " Ujar pak Sutadi (72) pemilik peternakan ikan di waduk mulur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline