Hari AIDS Sedunia (HAS) diperingati setiap tanggal 1 Desember. Peringatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi.
Seseorang yang terinfeksi penyakit ini hanya mampu bertahan hidup berkisar antara 9-11 tahun tanpa adanya pengobatan. Hingga sekarang penyakit HIV-AIDS masih menjadi wabah menakutkan bagi kesehatan masyarakat dunia.
Selama ini, masyarakat cenderung bersikap menjauhi mereka yang hidup dengan HIV-AIDS positif. Padahal sebenarnya yang dibutuhkan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) yaitu dukungan semangat untuk hidup lebih baik dan normal seperti manusia lainnya. Untuk itu perlunya pengenalan terhadap gejala penyakit ini sangat diperlukan, khususnya terhadap masyarakat.
Namun yang menjadi perhatian saya akhir-akhir ini adalah bagaimana cara seseorang yang telah divonis HIV-AIDS mampu bertahan hidup ditengah masyarakat yang cenderung menghindari mereka bahkan enggan untuk bersosialisasi dengan mereka dengan alasan takut tertular.
Sebelum membahas lebih lanjut, akan lebih baik jika kita mengetahui bagaimana penyakit ini dapat menular. Sebenarnya penyakit HIV tidak hanya menular pada orang dewasa saja, tetapi penyakit HIV juga menular kepada anak kecil bahkan sejak anak tersebut masih dalam kandungan.
Penyakit HIV-AIDS menular kepada anak kecil di karenakan orang tuanya menderita HIV-AIDS. Akan tetapi banyak orang tua tidak mengetahui bahwa dia menderita penyakit HIV-AIDS, dan ada juga orangtua yang membiarkan penyakit tersebut. Sehingga mengakibatkan anaknya menderita penyakit yang mereka derita pula.
Cara penyebaran virus HIV tidak melalui udara seperti virus flu dan batuk melainkan virus ini hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Meski demikian tidak semua cairan yang dikeluarkan tubuh dapat menularkan virus HIV, seperti cairan air liur, keringat, atau urine tidak bisa menularkan virus ke orang lain. Ini dikarenakan kandungan virus di cairan tersebut tidak cukup banyak. Cairan yang bisa menularkan HIV ke dalam tubuh orang lain diantaranya adalah darah, Air Susu Ibu (ASI), dinding anus, sperma, serta cairan vagina termasuk darah menstruasi.
Gejala yang dapat disebabkan oleh penyakit HIV-AIDS diantaranya adalah infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh (di bawah telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha), dan menurunnya berat badan secara drastis dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang menurun. Hal ini disebabkan oleh virus HIV-AIDS yang telah menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan terjadinya infeksi diorgan tertentu, misalnya saja infeksi jaringan pada kulit rambut.
Dari gejala yang ditimbulkan dari penyakit HIV-AIDS ini, kita dapat mengetahui betapa menderitanya orang yang divonis penyakit tersebut. Diantaranya beberapa gejolak emosi yang timbul setelah seseorang divonis penyakit HIV-AIDS.
Ketakutan
Seseorang saat pertama kali mengetahui bila dirinya divonis penyakit HIV-AIDS tentu akan merasa takut dan khawatir. Takut jika hidupnya tak lama lagi maupun khawatir terhadap lingkungan sekitar yang mungkin saja akan menjauhinya. Cara mengatasi ketakutan tersebut tentu saja dengan menenangkan diri terlebih dahulu serta mengetahui cara mengatasi penyakit tersebut agar tidak bertambah parah maupun menyebar pada diri orang lain. Serta jelaskan baik-baik bahwa orang yang terkena penyakit HIV-AIDS sangat memerlukan dukungan moral dari lingkungan sekitar.
Rasa Malu
Seseorang yang terkena penyakit HIV-AIDS tentu saja akan merasa serba salah pada dirinya sendiri. Mereka akan merasa malu dan minder terhadap orang sekitar karena telah mengidap penyakit tersebut. Cara mengatasinya adalah mengikuti kegiatan sosial yang berhubungan dengan penyakit HIV-AIDS ini. Disana kalian akan dibantu dan dimengerti tentang penyakit tersebut agar tidak malu serta minder pada lingkungan sekitar.