Lihat ke Halaman Asli

novia safitri

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Penjual Rokok yang Mampu Membiayai Anaknya hingga Menempuh Perguruan Tinggi

Diperbarui: 10 Desember 2021   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Pak Ranto, Penjual Rokok Asongan Malioboro

Sosok bapak yang sangat menginspirasi banyak orang. Kenapa menginspirasi? karena banyak cerita luar biasa yang di dapat dari bapak ini. Namanya Pak Ranto lahir pada tahun 1957, seorang penjual rokok keliling sekitar malioboro, tempat wisata terkenal di Yogyakarta. Bapak ini adalah ketua penjual rokok di sana. Dijuluki sebagai ketua penjual rokok karena pak ranto jualan sejak tahun 1985 dan bertahan hingga sekarang. Pak Ranto merupakan orang yang cukup terkenal dikalangan penjual sekitaran malioboro karena sebagai sosok tertua dan kisah hidup yang luar biasa. Dibalik kerja kerasnya semua ini ada alasan tertentu dan membuat semangat pak ranto tidak pernah pudar sedikit pun.

Seorang anak yang sukses hingga S2 merupakan hasil bukti kesuksesan seorang bapak yang membiayai anaknya hingga dipandang berkualitas tinggi. Pak Ranto memiliki dua anak, anak yang pertama laki-laki S1 Teknik Mesin di Universitas Diponegoro, sekarang anak laki-lakinya sudah bekerja dan memiliki keluarga sendiri di Semarang. Kemudian anak keduanya adalah perempuan S1 di Institut Seni Indonesia Yogyakarta lalu sekarang masih melanjutkan S2 di Universitas Gadjah Mada. Anak perempuannya juga sempat menempuh pendidikan di Kampung Inggris di Pare selama 2bulan. Istri dari Pak Ranto hanya seorang penjahit, sebelumnya bekerja sebagai penjual batik pekalongan karna sang istri asli dari Pekalongan.

Walaupun Pak Ranto yang lulusan kelas 2 SD tidak menjadikannya sebagai orang yang rendah, walaupun beliau tidak sukses atau berjalan mulus dalam menempuh pendidikan, tetapi beliau tetap harus menjadikan anaknya sukses dipandang lebih baik dari padanya. Kesadaran akan sebuah pendidikan yang utama membuat pak ranto banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan kedua anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, namun pak ranto, laki-laki yang lahir di Klaten itu tak patah semangat. "saya sih ga pernah ngerasa cape, malah kalo di rumah saya ngerasa cape ga kerja, saya kerja untuk anak-anak saya sukses juga, gimana pun caranya saya lakukan untuk anak saya tersenyum"ujar pak ranto.  Makan hanya seadanya karena keterbatasan ekonomi saat itu yang dialami oleh pak ranto menjadikannya sebaagai orang yang kuat. Bekerja setiap hari dari kecil seperti mencari rumput, ngurus kerbau dan perkerjaan yang lainnya digeluti oleh beliau demi memenuhi kebutuhan pokok.

Pak Ranto memutuskan merantau demi memperbaiki ekonominya bekerja sebagai penjual rokok keliling, pergi bekerja mulai jam 12.00 hingga 02.00 WIB.  "pulang ke rumah jam 2 pagi itu saya sempatkan ngobrol-ngobrol sama istri, jadi ga langsung tidur, disambi makan hasil masakannya, biasanya cuman makan mie instan" tambah pak ranto. Makanan yang sederhana namun sangat nikmat jika dirasakan dengan penuh kasih sayang. Pak Ranto lebih memilih makan di rumah buatan sang istri untuk menghemat pengeluaran karena makan diluar dirasa cukup mahal baginya, bahkan makan pemberian orang misal seperti orang-orang memberikan rezeki berupa sembako.  

 Rasa lelah tersebut tertutupi dengan mimpi-mimpi beliau untuk anaknya. Pak ranto benar-benar sangat berjuang untuk mencukupi kebutuhan yang ada walaupun banyak yang harus dikorbankan. Pak Ranto merasa pasti ada timbal balik yang dilakukannya selama ini, anak perempuannya yang tidak ingin cepat menikah walaupun sudah ada sosok pria yang melamarnya, namun ia tolak karena merasa harus sukses terlebih dahulu, menyelesaikan pendidikannya dulu hingga mampu membiayai orang tua dengan uang hasil kerjanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline