Lihat ke Halaman Asli

Mengenangmu adalah Cara Menikmati Luka Paling Manis

Diperbarui: 7 Juni 2017   04:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patah Hati / dokumentasi pribadi

Kamu adalah seseorang yang pernah mengisi kekosongan dalam hidupku. Dan juga merupakan seseorang yang dulu pernah dicintai oleh diriku yang sudah memilih untuk melepaskanku. Teruntuk kamu disana yang telah memilih pergi, datanglah sejenak ke kepalaku. Berlarut-larutlah disana, Larutkan aku dalam sesuatu yang kamu sebut sebagai luka. Ajak aku duduk manis, tapi jangan ingat-ingat masa dulu aku menangis. Sungguh, hal terberat yang pernah ada adalah melepaskanmu selamanya. 

Kamu yang tidak bersedia untuk bersetia denganku. Kamu yang betah mencari jalan lain yang bukan jalan hidupku. Kamu yang membuat kita sudah tidak lagi bermakna. Segala yang ada kamu leburkan menjadi sesuatu yang digeluti air mata. Sedihnya waktu itu tak usah ditanya lagi. Ada sesak yang tak terkira di dada. Namun, bagaimana pun kamu lihat sendiri. Hari ini aku masih bisa duduk disini, menatapmu dan masih bahagia.

Aku sengaja mengundangmu pulang, bukan karena ingin mengajakmu berpetualang mencari hal yang pernah gagal kita lalui. Aku hanya ingin mengenangmu sebagai masa lalu yang kesepian, yang ku hibur dengan segala kebahagiaan yang sedang kurasakan. Kasihan melihatmu begini. Tak ada lagi cinta yang memuji. Padahal, dulu kamu begitu tinggi, bahkan menjadi sesuatu yang sulit kudaki. Kamu memilih menjadi seseorang yang terus membuatku rapuh tak terkendali. Duduklah lebih dekat. Kan kuajarkan kepadamu bahwa tidak semua hal bisa kamu dapat. Dengar baik-baik, jika nanti masih ada yang bersedia mencintai, jangan pernah lagi kamu sakiti.

Cukup aku yang terluka tak terkira. Sekarang, kamu sudah tidak ada lagi artinya. Kamu hanya seseorang yang terlihat terlalu kasihan untuk dicinta. Aku sudah terlalu baik-baik saja dengan yang aku punya. Mendekatkan, ceritakan kepadaku mengapa dulu kamu dengan tega mencampakkanku. Tidak usah takut. Aku hanya ingin tahu apa yang ada di kepalamu waktu itu. Aku sama sekali tidak dendam. Semua kesakitan dan kesedihan itu sudah kukuburkan. Terkubur bersama hal-hal yang tidak ingin kugali lagi. Biarlah semua berlalu. Kini, matamu membuatku ingin berbicara banyak denganmu. Agar tahu apa saja yang membuatmu menjadi begini. Apa saja yang membuatmu seperti orang yang tak layak lagi dicintai.

Luka darimu tak pernah sembuh. Hanya saja aku paham, membahagiakan diri sendiri adalah kewajiban. Itulah mengapa aku tidak berdiam diri. Aku mencari hidupku lagi. Sesuatu yang pernah kamu bunuh, bahkan melebihi sesuatu yang mati. Aku menemukan diriku terlantar tanpa tujuan. Hingga aku bisa kembali bangkit lagi. Kamu tidak usah takut. Aku tidak akan mengungkit-ungkit hal yang dulu membuatku teramat kalut. Aku hanya ingin kamu belajar membenahi diri. 

Semua orang yang jatuh akan selalu berhak berdiri. Nanti setelah kamu baik baik kembali, ingatlah satu hal. Tidak ada hati orang lain yang berhak kamu sakiti. Aku akan pergi lagi. Lalu, jika aku rindu kepadamu pasti aku akan kembali. Setidaknya, dalam ingatanku kamu akan tetap abadi. Sedalam apapun luka itu, mengenangmu adalah cara termanis menikmati sendu. Aku akan mengenangmu sebagai masa lalu yang indah. Meskipun begitu, aku tetap tidak ingin kembali untuk mengulangi kenangan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline