Lihat ke Halaman Asli

Objek Seksual Kepada Orang Tua yang Berlawanan Jenis

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya akan membahas apa yang saya dapat tentang fase Falis (phallic) yang melanjutkan tentang fase yang kemarin tentang fase Oral dan Anal. Sekilas tentang fase oral yaitu fase yang menjelaskan kepusan seksual pada bayi terdapat di mulut.dan fase Anal yaitu fase yang menjelaskan tentang perasaan senang ketika menghilangkan tekanan yang tidak menyenangkan yang kepusanya terdapat di dubur. Dan selanjutnya  saya akan menjelaskan tentang fase yang selanjutnya yaitu fase phallic. Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah terpenting. Dan jga perkembangan yang terpenting yaitu Oedipus complex yang merupakan kateksis objek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan pada orang tua sejenis. Seperti anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan dan sebaliknya anak perempuan yang ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
Pada awalnya sih anak sagat menyayangi ibunya karena telah memenuhi kebutuhan mereka pada fase-fase sebelumnya dan memandang ayah sebagai saingan yang ingin merebut ibunya. Pada anak laki-laki terjadi kecemasan jika dia bersaing dengan ayahnya karena dia takut penisnya dipotong atau bisa di sebut cemas di kebiri dan akhirnya kecemasan tersebut mendorong anak mengidentifikasikan diri dengan ayahnya. Yang identifikasi ini bermanfaat anak secara tidak langsung memperoleh kepuasan implus seksual kepada ibunya, seperti kepuasan ayahnya dan anak cenderung menurut /sayang pada ibuya. Identifikasi kemudian menjadi sarana yang penting untuk mengembangkan super ego. Dan kata Freud bahwa setiap orang  lahir itu biseksual (setiap orang memiliki hormone seks pria dan wanita)-mempunyai rasa tertarik kepada jenis kelamin yang sama dan yang berlainan. Sekian yang bisa saya tulis terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline