Lihat ke Halaman Asli

Kaledo Itu Kaki Lembu Donggala

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397737676675402783

Selintas kuliner ini mirip Sup Konro di Makassar. Bedanya Sop Konro, seperti kebanyakan makanan khas di Sulawesi Selatan, kuahnya lebih kental dan lebih gurih. Namanya Kaledo, masakan khas Sulawesi Tengah yang diolah dari Tulang Kaki atau Tulang Iga Lembu. Dimasak dan disajikan dengan kuah panas dengan rasa yang khas.

Ada cerita lucu ketika pertama kali melihat tulisan “Kaledo” di sebuah rumah makan di Kota Palu. Saya yang selalu penasaran dengan kuliner khas suatu daerah yang belum pernah saya cicipi bertanya pada Pak Akil (bos saya di LSM.Wasiat). “Pak, Kaledo itu apa?”. Pak Akil yang juga tak punya gambaran tentang Kaledo, menjawab sekenanya, “Kurang tau juga, mungkin sama seperti Kapurung di Palopo”.

Bisa jadi karena sama2 dimulai dengan “Ka”, Kaledo dengan segera terasosiasikan dengan Kapurung. Makanan khas dari Kota Palopo, yang berbahan dasar Sagu yang diolah dan disajikan dengan Sop berisi sayuran dan terkadang dengan potongan tulang dan daging ayam.

Dapat informasi seperti itu, saya percaya saja. Karena malam itu, kami berencana menginap di Hotel di Kota Palu, saya pun menyarankan untuk memilih Kaledo sebagai menu makan malam. Dan akhirnya sore itu berlalu dengan rasa penasaran tentang Kaledo. Tentu saja dengan pertanyaan2 seperti “Enak mana Kaledo sama Kapurung?”, “Kira2 Kaledo potongan sagunya lebih tipis atau lebih tebal?”, atau “Kaledo pakai ayam juga gak ya?”.

Malam tiba, kami pun keluar untuk mencari rumah makan yang menyediakan Kaledo, dan akhirnya menemukan Rumah Makan Kaledo Stereo di Jl. Diponegoro di Kota Palu. Letaknya tak jauh dari Hotel Palu City tempat kami menginap.

Kami pun masuk, dan dengan segera bau masakan seperti Sop Sapi menggelitik hidung. Beberapa pengunjung disana, sudah terlihat lahap menggigiti daging yang menempel di potongan tulang Lembu (yang awalnya saya pikir tulang sapi), di dalam sebuah mangkuk berisi sop yang kuahnya terlihat masih mengepul. “Tidak, ini bukan Kapurung. Tak ada aroma Sagu di sini.”.

Setelah bertanya pada pelayan untuk meyakinkan diri, bayangan tentang Kapurung pun segera hilang. Menguap menyisakan senyum keluguan kami.  :-)

Aroma Kaledo segera memancing air liur mengucur membasahi rongga mulut, menetes lewat sela bibir, menetes ke baju, terus ke lantai, lupa di lap. Kecuali Pak Akil, yang terlihat shock gara2 ingat  pesan dokter kalau hipertensidan kolesterol-nya tak bisa bersinergi dengan makanan2 berlemak seperti itu. Namun setelah digoda, sedikit dipaksa, dikuatkan imannya, dipanggilkan ustadz, akhirnya beliau memilih jalan yang benar untuk ikut mencicipi Kaledo malam itu. :-)

“Mas, Kaledo Empat!”, seruku kepada pelayan yang sudah siap mencatat pesanan. Untuk saya, Akil,Peni, dan Lewardi, rekan seperjalanan.

Empat mangkuk besar berisi potongan tulang kaki Lembu, dengan daging yang menempel pun segera tersaji. Baunya yang khas dari uap sup yang masih mengepul segera membangkitkan selera makan. Disajikan dengan taburan bawang goreng di atasnya, makin menambah gairah ingin mencicipi. Semakin pas dengan sepiring nasi nasi putih hangat yang juga masih mengepul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline