Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Saya Pilih Jokowi - JK

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14041562571259051565

Kapan saya kenal orang yang bernama Joko Widodo? Dari jejak digital saya di socmed, postingan status di Facebook di atas menunjukkan bahwa jawabannya adalah 25 Desember 2011. Bisa jadi sebelum tanggal tersebut, yang pasti ketika Jokowi belum wara wiri di televisi nasional. Saya masih ingat, postingan tersebut, adalah berita tentang bagaimana Joko Widodo, walikota Solo kala itu, menjadi penggemar musik metal.

Dan, seperti sebelumnya, postingan tersebut adalah wujud kekesalan saya terhadap pemerintahan SBY – Boediono yang menurut saya makin lamban dan peragu dalam penuntasan masalah di Republik ini. Dan, kekesalan kenapa Fadel Muhammad tiba – tiba dicopot dari jabatannya.

Crop postingan tersebut akhirnya menjadi senjata pamungkas ketika debat di forum atau grup di Facebook setiap kali difitnah Korban Pencitraan Jokowi, Pasukan Nasi Bungkus, Buzzer, atau Jasmev.

Tinggal tunjukkan foto, lalu kasih comment, “Anda tak mengenal Jokowi lebih dulu daripada saya. Jangan sampai anda yang sebanarnya latah ikut -ikutan dalam “Gerakan Fitnah Jokowi” sejak Jokowi maju di PilGub Jakarta ?”.

Setelah itu biasanya mereka berhenti menyebut saya Panasbung. Diganti dengan “teriakan” “Bodoh”, “Munafik” atau “Musuh Islam”. Hehe…

Lalu, kenapa saya berpikir Jokowi adalah Pemimpin yang bisa memberikan harapan dari berita “Joko Widodo Walikota Metal” tersebut? Jawabannya simple. Menurut saya, orang ini berpikir dan bertindak “Out of The Box” dan Anti Mainstream.

Tak banyak Pemimpin di Negara ini yang berani jujur mengakui bahwa dia sebenarnya suka sesuatu yang tak populer di masyarakat, namun menahan diri supaya tetap terlihat baik di mata masyarakat. Dan, bagi saya menjadi penikmat musik metal adalah salah satunya. Catat, saya bukan fans fanatik musik metal.

Sepengetahuan saya tentang tokoh – tokoh besar yang pernah lahir di dunia, mereka besar karena berpikir dan bertindak tak seperti masyarakat kebanyakan di zamannya. Kisah “Kenapa tak bertanya sama Tuhan kalian yang berkalung kapak itu” dalam proses pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim, Kisah Nabi Muhammad meletakkan selembar kain untuk meredakan polemik tentang siapa yang pantas memindahkan Hajar Aswad, sejarah bagaimana Gandhi melawan pemerintah Inggris dengan Gerakan Swadeshi, memintal dan menjahit baju sendiri, atau tentang K.H. Agus Salim yang bilang “Saya tak mau berpidato kalau di ruangan ini masih ada kambing” ketika diolok – olok oleh orang – orang Belanda dengan suara kambing gara – gara janggutnya.

Dan masih banyak lagi kisah – kisah tokoh – tokoh dunia lainnya, yang tak mungkin diucapkan atau dilakukan oleh orang yang berpikir standar, seperti orang kebanyakan.

Jangan lupakan pula kisah – kisah ilmuwan dan penemu besar yang pernah lahir di dunia. Masih ingat teori “Bumi yang mengelilingi Matahari”-nya Copernicus?. Atau, kisah Thomas Alfa Edison dengan “Saya tak gagal, saya hanya menemukan 999 cara yang tak bisa digunakan untuk menyalakan lampu”?. Bagi saya, pemikiran anti mainstream seperti ini yang membuat mereka kemudian berhasil dikenang sebagai tokoh besar di zamannya.

Berita tersebut juga jadi bukti bahwa Pak Jokowi adalah sosok pemimpin yang mau membaur dengan masyarakatnya. Iyalah, mana ada Konser Music Metal, terus di depan panggungnya ada kursi dan meja lengkap dengan hidangan seperti ketika ada kunjungan Pejabat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline