Lihat ke Halaman Asli

Novia Respati

TERVERIFIKASI

Wirausaha

Mengulik Batas Usia Calon Pekerja yang Masih Kerap Menghantui

Diperbarui: 4 Agustus 2024   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana bursa kerja yang diadakan Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) (20/12/2018) | ANTARA/Yoseph, Reza

Masih lekat dalam ingatan kita semua, bahwa beberapa waktu lalu sebuah perusahaan mencoba untuk merekrut lansia sebagai pekerjanya.

Entah apa motif yang mendasari perusahaan itu melakukan hal tersebut. Namun yang pasti pada saat mendengar hal itu, yang muncul dalam benak saya adalah "buat apa sok-sokan memperhatikan produktivitas lansia, sementara calon pekerja yang berusia 26 tahun ke atas masih sangat kesulitan untuk memperoleh pekerjaan baru."

Sebab kenyataan yang terjadi, hampir seluruh sektor industri dan perusahaan membatasi rata-rata usia calon pekerja mereka maksimal di angka 25 tahun. Yang berarti calon pekerja berusia 26 tahun dan seterusnya, tidak akan diterima untuk bergabung di perusahaan meski calon pekerja ini memiliki pengalaman sebelumnya, dan secara logika mereka berkompeten untuk direkrut.

Sangat mungkin perusahaan lebih mempercayai calon pekerja usia muda karena dinilai lebih fresh, dan masih punya banyak energi yang pastinya sangat dibutuhkan perusahaan dalam menerapkan sistem kerja dengan mobilitas yang cepat dan efisien.

Menurut pandangan saya, artinya pendapat ini bisa benar atau tidak, bahwa perusahaan kurang tertarik mempekerjakan calon pekerja yang berusia lebih matang sebab perusahaan tidak ingin direpotkan.

Umumnya, calon pekerja yang sudah berusia matang, memiliki cukup banyak pengalaman di dunia kerja. Maka, perusahaan tidak ingin repot-repot bernegosiasi perihal gaji, uang bonus, tunjangan, masalah loyalitas karyawan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini perusahaan menganggap bahwa calon pekerja yang sudah berpengalaman, akan lebih banyak memberi tuntutan kepada perusahaan.

Tak hanya itu, perusahaan juga menganggap bahwa pekerja dalam usia tersebut mungkin sudah mengalami penurunan daya tangkap untuk menerima materi training dengan cepat. Meski mereka berpengalaman dalam bekerja, namun sistem yang diterapkan dalam setiap perusahaan tentu tidak sama. Karyawan atau pekerja dengan daya tangkap yang kurang baik, akan dianggap cukup merepotkan bagi perusahaan.

Maka tampaknya, perusahaan menolak kelompok usia matang pada level karyawan biasa, bukan karena mereka tidak dinamis dalam beradaptasi. 

Kenyataannya, calon pekerja yang sudah berpengalaman justru lebih mudah mengadaptasikan dirinya pada tugas, tanggung jawab, dan lingkungan kerjanya yang baru.

Perusahaan mungkin menganggap mereka yang masih muda dan tergolong fresh graduate, tidak memiliki banyak tuntutan kepada perusahaan. Bahkan sebagian dari mereka tidak mempermasalahkan gaji, karena yang terpenting bisa diterima bekerja saja sudah sangat bersyukur, sehingga mereka pun memperoleh kesempatan untuk mendapat pengalaman kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline