Lihat ke Halaman Asli

Novia Respati

TERVERIFIKASI

Wirausaha

Tumbuhkan Rasa Peduli Guna Mendukung Energi untuk Lingkungan Hidup

Diperbarui: 9 Januari 2024   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : waste4change.com

Tak diragukan lagi, limbah domestik yang berasal dari rumah tangga telah menjadi masalah utama di Indonesia. Masalah yang rasanya tak pernah kunjung usai. Bagaimana tidak, jika masyarakatnya ngeyel, susah dikasih tahu dan yang pasti belum tumbuh kesadaran untuk peduli pada lingkungan sekitarnya.

Sebetulnya tidak perlu jauh-jauh dulu dengan peduli pada lingkungan luar, tapi mulailah menyadari apa yang ada di depan mata. Hingga rasa peduli akan tumbuh sendirinya, menjadi sebuah kebiasaan baik yang akhirnya terbawa sampai di lingkungan sekitar.

Sejauh ini, kami sekeluarga selalu memilah sampah yang kami hasilkan setiap harinya dari kegiatan rumah tangga kami. Satu sama lain selalu mengingatkan untuk memisahkan antara sampah basah, sampah plastik dan sampah botol.

Yang dimaksud sampah basah adalah sampah yang dihasilkan karena proses memasak. Seperti batang sayuran, kulit bawang dan lain sebagainya yang bersifat mengandung air. Termasuk kulit buah. Sedang sampah plastik dapat berupa kemasan mie instan, kemasan cemilan atau kemasan apapun yang berbahan dasar plastik begitu juga karton. Dan sampah botol sendiri tentunya berupa botol-botol bekas minuman ringan atau botol obat sirup. Untuk botol plastik dan beling, serta kaleng makanan dan minuman kami tetap menyatukannya dalam satu kantung.

Lalu untuk apa sampah-sampah tersebut kami pisahkan? Sederhana saja, di lingkungan tempat tinggal kami, kami sering melihat pemulung yang berkeliling ke tempat-tempat sampah warga pada jam-jam tertentu. Ada yang pagi, ada yang sore. Saya pribadi awalnya merasa kasihan melihat seorang kakek, salah satu pemulung yang setiap pagi memikul karung yang tampak berat di punggungnya. Maka dari itu timbul rasa peduli dalam benak saya. 

Saya ingin membantunya dengan cara memberikan botol-botol plastik, beling dan kaleng-kaleng yang dapat bermanfaat bagi beliau. Karena saya tahu, pasti dari sanalah mata pencaharian beliau. Entah ke mana nantinya barang-barang tersebut akan berpindah tangan, hanya beliau yang tahu. Namun sejauh yang saya dengar, biasanya pemulung akan menjual barang-barang tersebut ke pengepul dan seterusnya hingga akhirnya sampai di tangan mereka yang dapat mengelolanya menjadi benda berdaya guna dan bernilai kembali.

Melansir dari journal.sinov.id, limbah botol plastik bahkan dapat diolah menjadi bahan bakar dengan cara pirolisis. Maka hal inilah yang dapat disebut dengan pemanfaatan energi berkelanjutan.

Namun ternyata tanpa saya sadari, dengan berperilaku seperti itu saya telah ikut berperan serta dalam menjaga lingkungan dari limbah domestik. Dan pada kenyataannya, keberadaan para pemulung ini sangat penting di lingkungan masyarakat. Pada mesin pencarian google menyebutkan bahwa para pemulung memberi manfaat yang sangat besar karena dapat mengurangi jumlah sampah, mengurangi dampak pencemaran dan bermanfaat secara ekonomi.

Dengan bersikap mau memilah dan memisahkan jenis sampah, saya juga memiliki tujuan utama. Yaitu agar bapak atau ibu pemulung mudah dalam mengambil apa yang harus mereka ambil tanpa perlu mengacak-acak kantung sampah yang lain. Karena biasanya perbedaan juga sudah tampak dari luar. Mana kantung yang berisi botol-botol kosong dan mana yang berisi sampah basah.

Untuk jenis sampah plastik yang sudah saya sebutkan tadi, terpaksa saya membuangnya bersama dengan sampah basah. Agar dapat diambil oleh petugas dari dinas kebersihan yang datang setiap hari Jumat. Karena pemulung di sekitar rumah tidak mau menerima kemasan seperti bungkus chiki dan kopi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline