Lihat ke Halaman Asli

Novia Respati

Wirausaha

Gadis Barista (Bagian 9 - 10)

Diperbarui: 31 Desember 2023   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bagian 9

Kepalaku terasa sangat berat ketika bangun tidur. Aku pikir ini sakit kepala biasa karena bangun dalam keadaan terkejut. Ya, aku terkejut ketika terbangun dan mendapati kini sudah pukul tujuh lewat sepuluh menit, cahaya dari balik gorden kamarku telah terasa hangat menyinari ruang kamar. Membuatku sontak langsung mengangkat tubuh ke posisi duduk. Padahal biasanya aku butuh waktu lima hingga sepuluh menit dulu untuk diam setelah membuka mata baru kemudian bisa bangkit dari ranjang.

Aku kira aku sudah terlambat, aku lupa kalau hari ini aku kebagian shift siang. Aku baru ingat ketika mencoba berkonsentrasi, menenangkan kekagetanku sambil tangan ku memegangi dahi sebelah kanan. Aku pun kembali merebahkan tubuh agar sakit kepala itu dapat mereda dengan sendirinya. Aku membuka dan menutup mata selama beberapa menit hingga rasa sakitnya berkurang.

Ku coba untuk kembali bangkit dari posisi rebah menjadi duduk, namun rasa sakit kepala di sebelah kanan tadi kini telah berubah menjadi terasa nyeri di kepala belakang sebelah kiri. Aku mengatur nafas, ku minum segelas air mineral yang ku sediakan di atas meja samping tempat tidurku kemudian memaksakan diri turun perlahan dari atas tempat tidur, menyeret langkah perlahahan hendak menggapai gorden kemudian menariknya ke sisi kanan. Kupegangi teralis berwarna cokelat itu dan ku geser tuas jendela melalui celah teralis. Perlahan aku mendorong jendela kamarku cukup lebar agar udara dapat bersirkulasi.

Hmm.. Aku menghirup udara Minggu pagi yang masih cukup dingin. Terlihat papa sedang mencuci motor maticnya di pekarangan rumah kami. Tampak dedaunan masih basah karena hujan tadi malam. Jalan beraspal di depan sana juga kelihatan masih belum kering.

"Halo Mel.." papa menyapaku. Sambil terus membersihkan body motornya dengan spon berbusa, beliau menoleh ke arahku saat mendengar suara jendela kamar ku buka.

Aku tersenyum padanya, meski masih menahan rasa nyeri di kepalaku, "Halo pa.."

Aku membalikkan tubuhku dan kembali duduk di ujung ranjang. Aku terdiam beberapa saat dan keluar dari kamar, menuju dapur untuk membuat segelas teh manis hangat. Mama tidak terlihat disana, mungkin sedang duduk di teras. Nyeri di kepala belakangku berangsur berkurang setelah aku menyeruput teh hangat itu sedikit demi sedikit. Aku urungkan untuk buru-buru minum obat sakit kepala, selama sakit itu masih dapat teratasi tanpa obat.

Aku segera mengambil setangkup roti tawar di atas meja makan kemudian mengolesinya dengan selai strawberry. Tanpa berlama-lama lagi ku lahap setangkup roti di tanganku. Kepalaku sudah terasa lebih baik sekarang. Roti yang tinggal sedikit di tangan kananku serta segelas teh yang belum habis, ku bawa bersamaku menuju ke teras.

"Jalan siang Mel?" tanya Mama padaku.

"Iya.." seraya aku mengambil posisi duduk di bangku bundar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline