Lihat ke Halaman Asli

Novia Respati

Wirausaha

Gadis Barista (Bagian 2 - 3)

Diperbarui: 27 Desember 2023   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bagian 2

Waktunya untuk beraktivitas kembali hari ini. Setelah menghabiskan waktu libur di rumah seharian bersama Mama kemarin. Hari ini sudah weekend, biasanya kedai kami semakin ramai oleh pengunjung. Aku kebagian jadwal shift pagi hari ini. Kalau weekend begini, aku jarang langsung pulang ke rumah seusai jam kerjaku berakhir. Aku lebih sering santai-santai dulu di kedai, dan sekali-sekali ikut membantu melayani pelanggan kalau sudah terdesak keramaian hingga tenagaku dibutuhkan.

Aku pikir aku sedang kehausan dan perlu lebih sering minum air mineral. Sehingga aku meletakkan gelas plastik berwarna biru berisi air mineral di pojok meja kerjaku. Aku sudah menenggaknya setengah gelas. Tiba-tiba saja Rena datang dan menyenggol gelas plastik itu dengan tas yang ditentengnya. Alhasil air yang masih setengah gelas itu tumpah semua. Airnya mengalir ke bawah meja kerjaku yang terbuat dari keramik.

Rena bergegas ke belakang mengambil lap pel. Dan aku mengelap meja bagian atas hingga ke sisi belakang meja tempatku biasa berdiri. Aku harus membungkukkan punggungku cukup lama. Hingga terdengar suara pintu kedai ada yang mendorongnya. Aku sigap memperbaiki sikapku untuk kembali berdiri tegap menyambut pelanggan. Betapa terkejutnya aku melihat siapa muncul di hadapan ku saat ini.

“Hai Amel!.. Mba Amel..” Henry mengoreksi panggilannya padaku.

“Hai.. Mau kopi moka?” mungkin aku malah terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya untuk melayani pesanan lelaki ini.

“Ah.. Betul.. Itu favorit Saya.” seraya mengangguk-angguk dan seperti sedang berpikir lagi, “Hmm.. Donat selai kacang dua.” menunjukkan dua jarinya kepada ku.

“Dua? Donatnya dua?”

“Iya, satu untuk di sini dan yang satunya untuk cemilan di kantor.”

Aku menjawab singkat, “Oh..” seraya mengangguk tersenyum.

Setelah Henry membayar pesanannya di meja kasir, dia kembali berdiri di hadapanku. Di depan meja kerjaku, menanti kopi pesanannya selesai ku buatkan. “Kenapa berdiri? Biasanya langsung cari tempat duduk dan minta kopinya diantar” gumamku dalam hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline