Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Budi Tri

Human being

Mengenal, Menghidupi dan Mensyaringkan: Keluarga

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beruntungnya diriku ketika ada seorang yang mau memperhatikan-ku,juga bercerita banyak mengenai memburu hidup, lalu seorang itu kusebut keluarga.

Semuanya berkembang dari keluarga, dasar dari pengetahuan ber’etika juga berasal dari keluarga. Keluarga adalah tumpuan proses, mempunyai misi untuk membentuk kepribadian pada anak. Dalam istilah sosiologi, disebutkan bahwa keluarga adalah tahap pertama dalam menyalurkan sosialisasi pada hal mendasar, seperti bertindak, peka dan menghargai kasih sayang. Keluarga berperan penting dalam proses membentuk fragmen pribadi yang utuh, dan menjadi kuat karena ada ikatan batin yang sama. Selain lingkungan bermain, sekolah dan masyarakat, lingkungan keluarga-lah yang senantiasa menjadi agen fundamental dalam menyalurkan kumunikasi sosial.

Ketika sebuah keluarga merintis proses perkembangan anak, mulai si anak lahir dari rahim sang ibu, hingga ia tumbuh besar pada usia yang umum untuk selalu diperhatikan; hanya seglintir orang tua yang bisa mendidik anak mereka dengan potensi pengalaman masa lalu. Maksudnya pengalaman silam yang dirasakan oleh orang tua, tentunya dari pengalaman ironi masa lalu yang membuat orang tua gerah untuk dikisahkan kembali pada generasi penerusnya, menjadi kekuatan yang mendalam dalam perumusan kebijakan yang lahiriah kepada proses perkembangan perjalanan hidup anak-anaknya. Orang tua tidak menginginkan anak-anaknya merasakan kesusahan yang pernah dialami pada masa lalunya. Sehingga keluarga tau betul apa yang terbaik untuk anak-anaknya, mereka rela menutup luka lama untuk kemajuan garis keturunanya itu. Kasih sayang yang tulus juga turun dari perjuangan para orang tua dalam menumbuh-baikan kehidupan anak-anaknya.

Ada banyak cara yang dilakukan oleh sebuah keluarga dalam mengantisipasi masa depan anak-anaknya berjalan baik, dan tentunya benar. Ada yang sengaja memberi perhatian yang kusus, dengan otoritas yang tidak bisa di ganggu gugat, dan ada yang kalem tapi denga intuisi yang sungguh-sungguh mendidik. Memang tergantung dengan karakter masing-masing keluarga, hal ini tidak dibenarkan pada kegiatan imitasi pada keluarga lain yang dipandang berhasil. Namun sesungguhnya, seorang anak yang lahir bisa diumpamakan suatu barang yang jenisnya hanya bisa ditempa oleh orang yang membuatnya sendiri. Jadi hal ini masih berkaitan dengan penurunan karakter dari orang tua, dan masih ada kaitanya juga dengan pengalaman masa lalu orang tua itu sendiri. Selama seorang anak berada pada lingkungan keluarga yang tau betul karakternya,semakin mudah untuk mebentuk ikatan batin yang benar-benar kuat.

Tentunya semua orang tua selalu mengajarkan hal yang baik kepada anak-anaknya. Mereka mengharapkan kelak anak-anaknyamenjadi orang yang layak hidup dan bermatabat sehingga semakin diberkati Yang Maha Kuasa.Orang tua selalu mengajarkan kebijakan perziarahan manusia mulai dari aspek rohani,manusiawi dan kenyataan hidup. Semua itu adalah dedikasi yang berharga yang senantiasa diberikan oleh para orang tua.

Mengenal

Tidak banyak manusia yang terlalu tertarik mempelajari pola manusia bertingkah laku. Kadang-kala sebagian dari manusia itu, secara tidak sadar membiarkan fungsi utama saraf “peka” tidak bekerja secara optimal. Hal itu terjadi ketika manusia tidak mau mempedulikan diri pada bahasa tubuh sesamanya manusia yang ingin direspon, dan menjadi bahan ajar dalam menilik balik ukuran mengambil kebijakan. Semuanya terjadi pada sebuah keluarga. Keluarga menurunkan gaya hidup,dan direspon dengan baik oleh keturunanya. Demikianmencenderungkan anak untuk peka terhadap pola komunikasi dan tingkah laku keluarganya, sama dengan membentuk mental anak untuk lebih responsif pada lingkungan luar. Hal ini yang sering lupa untuk didalami dalam sebuah proses keluarga. Anak dibiarkan lari kesana-lari kesini, diberikan fasilitas dan dimanjakan dengan gaya hidup “tidak mengenal kecakapan komunikasi mental”. Dan tidak banyak keluarga yang memahami aksi fundamental ini- untuk memberikan taraf minimum mendidik anak-anaknya. Sejauh pengamatan saya, secara gamblang banyak keluarga yang tidak sadar untuk mengenalkan fungsi mereka sebagai agen dasar yang mengenalkan kabajikan hidup manusia . keluarga adalah agen, yang menjadi tumpuan pertama proses belajar anak, sehingga kesan akan “pengenalan” mulai kali pertama dikenalkan dari keluarga. Keluarga seharusnya mengenalkan anak, membuat anak manjadi tau, dari komunikasi yang dasar dan efektif dan mudah sekali dilakukan. Tidaklah sulit bahwa keluraga menjadi salah-satunya hal yang dapat meyakinkan anak untuk megenal hidup kali pertama, mulai anak bisa mengenal prsose pikiran.

Menghidupi

Kata “hidup” dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti masih ada, terus bergerak, dan bekerja sebagai semestinya. “Bumi ini hidup” demikian hipotesa Gaia mengenai kerkaitan bumi sebagai organisme tunggal. Jika dikaitkan dengan bumi yang adalah organisme tunggal yang benar-benar hidup, dimana didalamnya berlangsung suatu keajaiban proses berlansungnya peradaban, sebagai-mestinya apa yang menjadi hakikat sebuah keluarga. Bumi menghidupi semua yang ada didalamnya, ia mengayomi, menyesuaikan diri dengan respon yang relevan terhadap perkembangan didalam tubuhnya. Begitu juga dengan keluarga. Keluarga seharunya menjadi tempat yang tepat untuk mengayomi apa yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak lagi sebagai agen fundamental, tetapi keluaraga adalah sebuah keharusan untuk menghidupi anak-anaknya secara nyata, atas berlangsungya proses perkembangan keluarga bersama. Terus bergerak, Itulah yang harus menjadi kekashan fungsi sebuah keluarga. Bila tak bergerak, hal itu bisa dikataka mati. Keluarga tidak boleh mati di tengah jalan dalam membimbing proses anak-anaknya. Keluarga harus tetap hidup, tidak boleh membuat jembatan yang keropos yang mengakibatkan kefatalan pada anak-anaknya. Walaupun anak-anaknya sudah rentan untuk dibiarkan mandiri, tapi keluarga harus tetap bergerak untuk menunjukan jalan yang benar. Sesuatu yang hidup itu bekerja sebagai-mestinya. Keluarga haruslah bekerja demikian, artinya bekerja dalam membimbing mental dan batin anak-anaknya agar terjaga terus. Pentingya keluarga yang harus tetap hidup harus dimengerti untuk kemajuan proses konsolidasi inti keluarga.

Mensyaringkan

Sebagian manusia pasti menginginkan syaring. Hal itu ditunjukan kepada siapa saja agar yang menjadi keluh-kesahnya bisa didengarkan,lalu menjadi kelegaan tersendiri bagi manusia yang merasakanya. Sama halnya dengan keluarga. Tidak ada obat yang mujaraf bagi seorang anak yang mengalami pergulatan batin, untuk pergi berobat pada keluarganya. Katakanlah syaring itu menajdi pertolong pertama, tentunya hal ini akan menjadi candu bagi anak-anaknya, jikalau keluarga menjadi obat yang benar-benar menyembuhkan, bukan malah memperparah kondisi. Kenapa harus syaring ? karena hal ini menyangkut semuanya yang terjadi antara keluaraga dan anak. Ketika keluaraga hanya diam dan membisu, sibuk melakukan pekerjaan masing-masing, tanpa ada yang peduli untuk berbicara, tentunya akan menyakitkan anak untuk berbagi. Disini keluaraga adala keterbukaan, dan pendengar yang setia. Masalah yang seketika dihadapi anak-anak, perlu disyaringkan pada keluarganya, agar proses perbaikan bisa dilakukan bersama-sama. Begitu penting adanya syaring, karena disana ada evaluasi dan perbaikan yang mendasar. Begitupun dengan hal yang berkaitan dengan kesalahan atau kebenaran, semuanya dievaluasi antar anak dan keluarga. Keluarga akan tau yang mana yang benar, mana yang salah, dan semuanya akan terasa baru lagi jika ada hal terkecualikan yang diketahui. Dari situ mereka akan belajar bagaimana memperbaiki semuanya yang terjadi, dan memelihara terus apa yang baik. Mereka akan tumbuh menjadi keluarga yang dewasa, walaupun disana masih ada anak-anak yang umurnya belum dewasa, namun dalam kategori ini : keluarga yang dengan kesadaran akan pentingya syaring sudah bisa dianggap keluarga dewasa.

Intermesso

Itulah keluarga. Mereka adalah satu tubuh yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Mereka saling melengkapi, menguatan dan mendukung apa yang baik sudah didedikasikan.Karena disana ada kehidupan yang mententramkan dan ajaran yang dasar bagi perjalan hidup. Sebagai anak yang baik, ia selalu bisa menyatu dengan keluarganya dengan menerima apa yang keluarganya telah berikan. Sebagai keluarga yang baik pula, ia akan selalu memberikan apa yang terbaik untuk anak-anaknya.

Dia mengenal.

Dia menghidupi.

Dan dia mensyaringkan.

Aku mengenal seluruh nafasmu keluargaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline