Lihat ke Halaman Asli

Selamat Datang Psikologi (Forensik)

Diperbarui: 29 Agustus 2023   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

*SELAMAT DATANG PSIKOLOGI (FORENSIK)*

Sidang kasus tewasnya Brigadir Josua, mencapai tahapan akhir. Masyarakat semakin 'penasaran' terhadap 'ending' persidangan ini. Sebelumnya, persidangan kasus Brigadir Josua ini menampilkan pendapat-pendapat ahli. Setelah jaksa menampilkan keterangan ahli psikologi forensik yang 'dipakai' penyidik, pengacara Ricard Eliezer menampilkan saksi ahli meringankan yaitu tokoh agama, psikolog klinis dan psikologi forensik. Saya hanya akan membahas keterangan ahli dari psikologi karena sama keilmuannya dengan saya.

Adu keilmuan psikologi ini, memiliki persamaan saat persidangan kasus tewasnya Mirna (sianida) pada 2016. Persidangan Mirna juga disiarkan langsung oleh televisi. Kedua belah pihak yaitu pengacara Mirna (korban) dan pengacara Jessica (pelaku) menghadirkan ahli psikologi untuk melakukan pembelaan masing-masing. 'Perang' pendapat antar psikolog menjadi 'tontonan' menarik.

Inilah yang membuktikan bahwa perilaku manusia itu unik. Kita tidak dapat menyamakan individu satu dengan individu yang lainnya. Anak kembar identik saja, 'pasti' berbeda. Tanyakan saja pada ibu kandung yang merawatnya (atau _baby sitter_ nya) 'pasti' punya 'intuisi' membaca perbedaannya.

Persidangan kasus Brigadir Josua 'mungkin' menjadi tontonan yang paling ditunggu masyarakat. Diawali oleh adanya banyak kontroversi berupa rekayasa kasus diawal terungkapnya kasus yang sangat menggemparkan Indonesia. Inilah yang menjadi tantangan hakim dalam memutus persidangan ini.

Kesaksian ahli dalam rangka meringankan terdakwa Ricard Eliezer 'terkesan' sekali sangat meringankan Ricard Eliezer. Teori relasi kuasa dan teori pembentukan kepatuhan _(obidience)_ Milgram menjadi dasar ahli untuk meringankan Ricard Eliezer. Digambarkan bahwa Ricard Eliezer sebagai seorang anak muda (dewasa awal) sedang menjalankan pembentukan kepribadian dari lingkungan kerjanya seperti pembentukan kepatuhan, cara berpikir, cara kerja, cara memahami 'perintah', cara mengambil keputusan dan perkembangan kepribadian lainnya. Intinya bahwa lingkungan sangat mempengaruhi kepribadian individu sekarang dan di masa depan.

Berbicara mengenai keterangan ahli psikologi forensik, saya sampai kepada satu kesimpulan. Kesimpulannya adalah keterangan psikolog (forensik) memang dapat memberatkan dan meringankan terdakwa atau korban. Untuk itu, saya menyampaikan, sejatinya pihak korban dan pelaku dapat melakukan asesmen psikologi secara bersama-sama. Artinya semua data psikologi diperoleh secara bersama-sama namun diinterpretasi sendiri-sendiri.

Setiap psikolog memiliki 'subyektifitas' yang dibatasi oleh hasil alat tes yang dikerjakan seseorang dan metode-metode lain dalam melakukan interpretasi. Untuk perilaku menangis saja, psikolog punya interpretasi masing-masing. Apakah psikolog Ricard Elieser diberikan kesempatan melakukan asesmen terhadap perilakunya menangis ibu PC?

Pengalaman saat kita melakukan _second opinion_ dalam memastikan suatu penyakit terkadang dokter akan melakukan beberapa bahkan pengecekan ulang yang telah dilakukan pasien oleh dokter sebelumnya. Atau semua data pemeriksaan psikologi yang diperoleh oleh psikolog yang ditugaskan oleh penyidik 'diserahkan' kepada psikolog korban atau terdakwa lainnya dalam rangka melakukan interpretasi.

Dari persidangan tersebut, saya yakin ada alat tes yang sama yang diberikan yaitu IST atau CFIT (tes kecerdasan), MMPI dan tes proyeksi (gambar orang, gambar pohon, gambar rumah pohon  orang, dan wartegg). Selain itu juga, psikolog kedua belah pihak melakukan anamnesa (wawancara) kepada yang bersangkutan (autoanamnesa) dan kepada orang-orang dekat yang bersangkutan (alloanamnesa).

Akhirnya memang akan terjadi psikolog (forensik) yang meringankan dan atau memberatkan saksi atau terdakwa. Mengapa terjadi? Menurut saya, karena adanya 'subyektifitas'. Saya yakin semua profesi tidak dapat meniadakan subyektifitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline