Malaysia, negara tetangga yang dalam persepsi sebagian masyarakat Indonesia berada selangkah lebih maju dari negaranya sendiri akan melakukan pemilihan umum untuk menentukan Perdana Menteri dan Anggota Parlemen.
Dalam pemilihan yang akan digelar pada 9 Mei nanti terdapat sebuah kejutan, yakni kembalinya Dr. Mahathir Mohamad, PM Malaysia yang selama 22 tahun memimpin negeri Jiran tersebut.
"Saya sudah tua, saya tidak punya waktu banyak, saya harus melakukan sesuatu untuk membangun kembali negara kita, mungkin karena kesalahan yang saya buat sendiri di masa lalu" itulah penggalan kata-kata pria berusia 92 tahun itu dalam sebuah video kampanye.
Kembalinya Dr. Mahathir di dunia politik Malaysia menghidupkan kembali kontes pemilu yang selama ini sangat condong kepada Najib Razak, PM Malaysia saat ini. Selain itu, Dr. Mahathir juga menyatukan kembali aliansi oposisi yang sebelumnya mengalami disintegrasi pasca penahanan kembali Anwar Ibrahim, pemimpin oposisi pada tahun 2015.
Anwar Ibrahim merupakan salah satu tokoh politik yang juga pernah dipenjarakan oleh Dr. Mahathir pada tahun 1999 atas tuduhan melakukan sodomi ketika itu. Ia kembali dituduhkan hal yang sama setelah hampir mengalahkan koalisi Najib Razak, United Malays National Organisation atau UMNO pada pemilu 2013.
Saat ini, Dr. Mahathir dan Anwar Ibrahim bersatu menantang Najib Razak.
Sebelumnya, Dr. Mahathir merupakan musuh bebuyutan Anwar Ibrahim, mereka memiliki kecerdasan dan charisma yang relatif sama.
Meraka pun dulu berada pada sisi yang sama sebelum krisis finansial menghantam Asia Tenggara pada 1997. Ketika itu, Anwar Ibrahim menyatakan seharusnya pemerintah mengentikan pendanaan besar kepada perusahaan-perusahaan yang dibiayai negara, yang mana Mahathir berargumen perusahaan-perusahaan tersebut bertujuan meningkatkan kesejahteraan etnik Malaya.
Anwar Ibrahim kemudian dipecat dari jabatannya sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia oleh Mahathir dan kemudian memulai gerakan oposisi yang disebut dengan 'Reformasi'. Setelah melakukan kampanye selama 18 hari melawan Mahathir, Ia dipenjara dengan tuduhan melakukan sodomi.
Setelah meninggalkan UMNO pada 2016, Mahathir kemudian melakukan rekonsiliasi dengan Anwar Ibrahim dengan mengesampingkan permasalahan personal antara keduanya.
Meskipun telah berusia sangat tua, namun Mahathir masih terlihat sangat bugar. Ia bahkan mampu berorasi selama satu setangah jam tanpa bantuan dari siapapun. Dalam pidatonya, Ia menyinggung Najib Razak yang diduga kuat melakukan korupsi dan menyalahgunakan sumber daya nasional.