Lihat ke Halaman Asli

Putra

Orang Indonesia, lahir dan besar di Palembang

Mengapa Israel Diduga Kuat Membunuh Anggota Hamas di Malaysia?

Diperbarui: 24 April 2018   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: tocka.com.mk

Penembakan terhadap Fadi al-Batsh, seorang spesialis power systems dan energy saving berkewarganegaraan Palestina di Malaysia pada 21 April lalu menimbulkan pertanyaan siapa pelakunya, mengapa, dan bagaimana.

Banyak pihak yang menduga bahwa Mossad, badan intelijen Israel berada di balik kasus ini. Mengapa dugaan ini muncul?

Lambang Mossad, Badan Intelijen Israel (foto: timesofisrael.com)

Al-Batsh, peraih gelar PhD dibidang electrical engineering diakui Hamas sebagai anggota yang sangat loyal dan selama ini memberi kontribusi penting bagi organisasi tersebut serta sering berpartisipasi di forum internasional dalam bidang yang Ia tekuni. Hal tersebut nampaknya membuat Israel tidak nyaman.

Negara Yahudi di timur tengah tersebut sering melakukan operasi rahasia di luar negeri dengan membunuh individu yang mereka anggap sebagai ancaman bagi negaranya, terutama yang berafiliasi dengan Hamas, organisasi perjuangan Palestina yang beroperasi di Gaza. Selain Palestina, Israel juga menargetkan individu asal Suriah, Lebanon, Iran, bahkan Eropa.

Menurut Ronen Bergman, penulis buku Rise and Kill First serta ahli intelijen, menyatakan bahwa metode pembunuhan terhadap al-Batsh yang menggunakan sepeda motor serta dilakukan secara rapi mengindikasikan adanya keterlibatan Mossad.

Menurutnya, identifikasi target yang akan dibunuh oleh intelijen Israel biasanya melalui beberapa langkah birokrasi di internal Mossad, komunitas intelijen Israel, dan pemimpin politik.

Ketika individu telah teridentifikasi sebagai target, Mossad akan mengumpulkan data-data dan dianalisa untuk menentukan apakah target tersebut harus dibunuh, serta memberi gambaran cost dan benefit yang mungkin muncul.

Kemudian hasil analisa tersebut diteruskan ke Intelligences Services Committee yang berisi pimpinan organisasi intelijen di Israel, dikenal juga sebagai VARASH, akronim dari Vaadan Rashei Ha-sherutim.

VARASH hanya akan mendiskusikan bentuk operasi dan memberi input serta saran terkait operasi. Sedangkan pengambilan keputusan apakah operasi pembunuhan tersebut disetujui atau tidak, Perdana Menteri lah yang memiliki hak.

Bergman menambahkan, seringkali Perdana Menteri melibatkan satu atau dua menterinya dalam menyetujui operasi tersebut dengan alasan politik.

Ketika telah disetujui, operasi tersebut kemudian dikembalikan ke Mossad untuk dieksekusi. Waktu operasi beragam, bisa dalam hitungan minggu, bulan, bahkan tahun, tergantung targetnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline