Lihat ke Halaman Asli

Putra

Orang Indonesia, lahir dan besar di Palembang

Mengenal Muhammad bin Salman dan Pergerakannya di Saudi

Diperbarui: 9 Maret 2018   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhammad bin Salman (sumber: AFP)

Sedikit yang mendengar nama Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) diluar kerajaan Saudi sebelum ayahnya menjadi raja pada 2015. Namun kemudian, pangeran berusia 32 tahun tersebut menjadi orang paling berpengaruh di negeri pengekspor minyak terbesar dunia itu.

Pada Juni 2017 MBS diangkat menjadi putra mahkota, menggantikan sepupunya Muhammad bin Nayef. MBS lahir pada 31 Agustus 1985, anak tertua dari pasangan Salman bin Abdul Aziz al Saud (saat itu masih pangeran) dan istri ketiganya, Fahdah binti Falah bin Sultan.

Pasca mendapat gelar sarjana hukum dari Universitas King Saud di Riyadh, Ia bekerja di beberapa badan pemerintahan. Pada 2009 Ia ditunjuk sebagai penasihat khusus bagi ayahnya yang ketika itu menjabat Gubernur Riyadh.

Pada 2013, Ia menjadi kepala Mahkamah Putra Mahkota (head of the Crown Prince's Court) dengan jabatan setara menteri. Tahun berikutnya, ayahnya ditunjuk sebagai putra mahkota setelah kematian dari Nayef bin Abdul Aziz, ayah dari Muhammad bin Nayef.

Pada Junuari 2015, Raja Abdullah bin Abdul Aziz meninggal dan Pangeran Salman bin Abdul Aziz al Saud naik tahta pada usia 79 tahun. Ia kemudian mengambil 2 keputusan yang mengejutkan, yakni menjadikan anaknya (MBS) sebagai menteri pertahanan, dan Muhammad bin Nayef sebagai wakil pangeran mahkota.

Salah satu langkah yang diambil MBS sebagai menteri pertahanan adalah meluncurkan operasi militer di Yaman pada Maret 2015 bersama beberapa negara arab lain pasca President Abdrabbuh Mansour Hadi dipaksa menuju pengasingan oleh pemberontak Houthi.

Operasi militer tersebut membuat sedikit progress selama 2,5 tahun, bahkan membuat Saudi dan sekutunya terlihat seperti pelanggar HAM dan memicu krisis kemanusiaan di Yaman, negara arab paling miskin.

Pada April 2015, Raja Salman menunjuk Pangeran Muhammad bin Nayef sebagai pangeran mahkota dan anaknya sebagai wakil pangeran mahkota, wakil 2 perdana menteri, dan presiden Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan.

Setahun kemudian, Pangeran MBS meluncurkan rencana ambisius untuk mengubah sosial-ekonomi Saudi, dan mengakhiri ketergantungan negara tersebut pada minyak.

Rencana tersebut, yang diberi nama Vision 2030, mematok peningkatan pendapatan dari sector non minyak menjadi 600 miliyar riyal (160 miliar USD) pada 2020 dan 1 triliyun riyal pada 2030. Pada tahun 2015, pendapatan non minyak Saudi sekitar 163,5 miliyar riyal.

MBS mengatakan bahwa Ia ingin menciptakan kedaulatan keuangan terbesar dunia senilai 3 triliyun USD, dengan uang yang dikumpulkan dari memprivatisasi perusaahan minyak negara, Aramco.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline