"Aku mau kelak gaun pengantinku berwarna ungu" kataku dengan nada manja,
"syair..bukankah lebih bagus yang putih?" jawabnya sambil menatap serius pura pura tidak suka dengan pilihanku, aku selalu suka dengan tatapan matanya, entah aku menemukan rasa nyaman disana.
"sayang,, aku akan menjadi pengantin perempuan paling cantik dengan gaun ungu.. " kataku lagi sambil berlagak memohon padanya.. dia tertawa lalu dengan lembut mengelus kepalaku lalu menatap mataku dan berkata
"Syair Sajak Cinta,, kau adalah wanita paling cantik.. manis.. menawan.. dan.... " ia menghentikan kata katanya membuatku semakin penasaran..
"lalu apa?" menggemaskan rasanya melihat mukanya
"em.. lalu... nggak ada" jawabnya singkat tanpa merasa berdosa dengan muka sebalku,
lalu ia menatapku dekat sekali dan membisik "lalu,, nggak ada yang akan menikahimu kecuali... " ia berhenti.. "kecuali? " tanyaku "kecuali,, SYAIR ADA CICAK!!" teriaknya lalu spontan aku memeluknya ketakutan dan geli membayangkan hewan tanpa tulang itu,
"huaaaa dimana cicaknya,, " masih dengan rasa takut aku memeluknya, lalu aku mendengar dia tertawa lepas karena puas mengerjaiku membuatku benar benar sebal akan ulahnya. Aku merengut dan membelakanginya pura pura marah, lalu dia memelukku dari belakang, aku masih ingin melanjutkan aktingku dengan pura pura ingin lepas dari peluknya,, tentu saja postur tubuh kekar itu mempererat pelukannya sambil berbisik "Syair.. aku Mencintaimu" dan mungkin jatuh cinta memang seperti ini,, mukaku bersemu merah.
***
Aku tersadar dengan nafas yang sesak, lagi lagi aku bermimpi, Namaku Syair Sajak Cinta, aku biasa dipanggil "Syair" , dalam hidup tak ada yang lebih penting kecuali kebahagian seseorang yang sangat aku cintai, seseorang yang kini sangat aku rindu dan ingin aku temui, seseorang yang selalu namanya kuselip dalam doa doa pada ilahi, namanya Tegar Karang. Sosok lelaki berwibawa namun penuh kasih sayang, lelaki yang sabar dan kuat seperti namanya. Sosok lelaki yang dulu pernah menitipkan janji kehidupan
Sudah 2 tahun sejak hubungan kita berakhir aku tak pernah tau kabarnya lagi, namun setiap saat aku selalu rindu, setiap malam lelap aku selalu bermimpi tentangnya, dan setiap doa setelah shalat aku meminta hadirnya