Lihat ke Halaman Asli

Bertahan sebagai Anak Rantau yang Hidup Sederhana

Diperbarui: 7 Januari 2024   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: IDN Times

Gadis ini tidak dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan yang baik. Bernama Rani Regita Mutiara Fiqih. Orang tuanya pindah ke desa yang saat itu belum berkembang Biaya hidup saat itu sangat tinggi, Ketika keluarga kecilnya pertama kali datang ke luar negeri, mereka tidak mengenal siapa pun, tidak punya tempat tinggal, dan tidak punya cukup uang. Pagi-pagi sekali, orang tuanya pergi berjualan kerupuk dan ayahnya berjalan-jalan mencari pekerjaan sebagai fotografer. Ibunya saat itu masih seorang ibu rumah tangga (sekarang PNS) Hidup dalam keterbatasan keuangan orangtuaku bukanlah sebuah keluhanDia memutuskan untuk pindah jauh dari orang tuanyaDia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengahnya sendiri untuk menjadi  pembelajar yang baik, ia harus mampu keluar dari zona nyamannya, Ia memutuskan untuk mencari ilmu di kota Dia tinggal bersama keluarga nenek dan  pamannya. Dan disinilah liku-liku kehidupannya dimulai, Dia mulai merasakan perubahan yang dramatis Biasanya ia  hanya akan memberikan bantuan untuk memenuhi keinginan orang tuanya, namun kini ia harus lebih bersabar Ia tinggal di rumah seseorang dan harus berperilaku baik, meski terkadang tidak mendapat perlakuan yang baik.


Saat itu, belum genap berusia 12 tahun, ia harus menghadapi keegoisan yang muncul seiring transisi menuju masa  remaja
Dia menangis hampir setiap malam dan menelepon orang tuanya, namun  tetap bersikeras melawan dirinya sendiri
Sebab baginya, pendidikan bisa mengubah masa depan keluarganya. Dia lelah melihat orang tuanya menderita dan harus berubah
Dia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarganya. Jika Anda tidak bisa menjadi bintang, Anda harus menanggung penderitaan perbudakan Itulah yang dia pikirkan, Di sekolah ia termasuk siswa yang aktif dan menjaga keseimbangan antara kegiatan akademik dan non-akademik. Ia rajin belajar  dan juga aktif dalam organisasi semasa SMP, ia juga mengikuti ekstrakurikuler pencak silat Taekwondo
Dia merasa mudah  berteman dengan semua orang. Selama masa kecilnya di luar negeri, dia berjuang untuk kesempurnaan baginya, dia harus bisa terus menjadi orang baik tentu saja melelahkan, dan sungguh tidak menyenangkan hidup berdasarkan kebenaran tapi itulah pertempurannya. Dia mengorbankan masa mudanya demi mimpinya ia mengorbankan "waktu keluarga" demi martabat keluarga masa depannya, dia mengorbankan pikirannya, kesehatannya, dan semua kegembiraan anak muda seusianya dia pernah  sakit parah, tapi tidak ada seorang pun di sisinya dia menanggung rasa sakitnya sendirian, dan  pada saat itu bahkan orang tuanya pun tidak mengetahui kondisinya.


Dalam kejadian lain, ia  kehilangan seluruh harta bendanya saat  mengikuti kegiatan keagamaan
Hal ini membuatnya sangat tertekan dan ia bahkan tidak mempunyai uang 1000 Rupiah. Masih banyak hal lain yang dia lewatkan
Namun yang perlu Anda ketahui bukanlah apa yang terjadi saat ia terjatuh, melainkan apa yang terjadi hingga ia mampu mengatasi setiap rintangan dalam hidup. Bagaimana  gadis itu bisa bangkit kembali setelah terjatuh tak berdaya, ia pernah berkata kepada orang-orang yang mau mendengarkan kisah hidupnya, ``Hidup itu sederhana Jangan dipersulit '' Bukankah Tuhan tidak melakukannya memaksakan kepada hamba-hambanya sesuatu yang tidak pantas bagi mereka. ''Tentu saja bisaTuhan sudah menjamin hidupku dan kini aku  tinggal memutuskan jalan mana yang akan kuambil untuk bertahan hidup Anda mungkin berpikir saya gila karena saya terlalu percaya diri dengan hidup saya, tahukah kamu Aku tidak punya siapa-siapa,  hanya  Tuhan Dan Tuhanku punya segalanya, bukankah dunia ini terlalu kecil untuk Dia berikan padaku Tuhanku pernah berkata bahwa Dia itu seperti prasangka para hamba-Nya. Oleh karena itu, satu-satunya tugasku adalah mencintai Tuhan sebagaimana Dia mencintaiku. Sekarang ini adalah tahun ke-6 kami di bidang ini lapar, haus, sakit, rindu, hinaan, hinaan, dan lain sebagainya bukanlah masalah besar yang sulit dihadapinya.
Kini, pengorbanannya bukan hanya itu saja, ia mengorbankan segalanya tentang dirinya  demi cita-citanya
Dia bertekad untuk mengorbankan masa mudanya demi kehidupan  masa depannya. Kondisinya telah membaik secara dramatis sejak tahun pertamany, baginya hubungan dengan Tuhan adalah yang terpenting, ia selalu berusaha berperilaku baik, hidup bersyukur dan sederhana, aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan dan itulah kehidupan seorang pejuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline