Lihat ke Halaman Asli

Novi Megawati

Mahasiswa

Strategi Penggunaan Role Play untuk Mengajar Berbicara Bahasa Inggris Pada Anak Usia Dini

Diperbarui: 17 Februari 2023   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


STRATEGI PENGGUNAAN ROLE PLAY UNTUK MENGAJAR BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA ANAK USIA DINI Novi Megawati¹, Siti Muminah², Pipit Wahyuni³ Susilawati⁴Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan SeniUniversitas Indraprasta PGRI

novi.megawati18@gmail.com ¹, sitimuminah@icloud.com ², Pipitwahyuni1888@gmail.com ³
 Abstrak : Bahasa Inggris menjadi kebutuhan di era milenial ini. Sebagai bahasa internasional resmi, bahasa Inggris dituturkan oleh orang di forum internasional. Melihat pentingnya bahasa Inggris, beberapa negara telah menempatkannya kurikulum sekolah dasar mereka, bahkan memperkenalkannya kepada pembelajar dari tingkat anak usia dini hingga dewasa. Makalah ini membahas pengajaran berbicara untuk pelajar usia dini dengan menerapkan metode role play. Pengajaran berbicara untuk anak usia dini bukanlah kegiatan yang mudah. Guru membutuhkan lebih banyak kreativitas, desain aktivitas yang menyenangkan dan menyajikan cara yang menyenangkan bagi mereka. Anak usia dini, terutama di era milenial ini harus akrab dengan bahasa Inggris. Menguasai Bahasa Inggris sejak dini, terutama berbicara menjadi dasar persiapan bagi mereka untuk menghadapi globalisasi. Sangatlah berharga untuk mengajari mereka bahasa Inggris sejak usia dini, terlebih lagi mereka semakin banyak kesempatan yang mereka miliki. Untuk mewujudkan harapan tersebut, tulisan ini memberikan beberapa komunikatif kegiatan dalam pengajaran berbicara untuk anak usia dini.Kata Kunci : bermain peran , keterampilan berbicara, pembelajaran bahasa. Abstract : English is a necessity in this millennial era. As an official international language, English is spoken by people in international forums. Seeing the importance of English, several countries have placed it in their elementary school curriculum, even introducing it to learners from early childhood to adulthood. This paper discusses teaching speaking for early childhood students by applying the role play method. Teaching speaking for young children is not an easy activity. Teachers need more creativity, design fun activities and present fun ways for them. Early childhood, especially in this millennial era, must be familiar with English. Mastering English from an early age, especially speaking, is the basis for their preparation to face globalization. It is very valuable to teach them English from an early age, especially for them the more opportunities they have. To realize this hope, this paper provides several communicative activities in teaching speaking for early childhood.Keywords : role play, speaking skills, language learning

PENDAHULUAN

Sebagian besar anak mengasosiasikan belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan belajar berbicara (Girard et al., 2003). Untuk pelajar usia dini, tidak perlu menuntut mereka untuk menjadi komunikator yang kompeten karena mereka juga masih mempelajarinya dalam bahasa pertama mereka. Guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran yang realistis. Apa yang realistis bagi taman kanak-kanak dalam mempelajari bahasa asing tidak lepas dari keterampilan yang dikuasai oleh penutur bahasa asli (Linse, 2005: 49). Kegiatan berbicara dapat dimulai dari yang menyediakan praktik yang dikontrol ketat hingga yang menyediakan penggunaan bahasa komunikatif yang lebih bebas (Girard et al., 2003: 106). Konsekuensinya, guru perlu mengembangkan kegiatan yang memberikan keseimbangan antara kontrol dan kreativitas, pengulangan dan penggunaan nyata dan memberikan model bahasa Inggris lisan.Di dalam kelas, ada beberapa macam penampilan berbicara yang dapat dilakukan oleh siswa, antara lain: 1) penamaan benda (Read, 2006; Cameron, 2001: 64; Girard et al., 2003: 81) yang biasa dilakukan keluar pada tahap awal di kelas tingkat usia dini; 2) menghasilkan kata atau frase tunggal sebagai tanggapan (Cameron, 2001: 49); 3) menghasilkan kalimat sederhana (Cameron, 2001; Pinter, 2006; Girard et al., 2003) dan 4) terlibat dalam dialog (Ytrenberg & Scott, 1990: 39; Cameron, 2001; Paul, 2003: 77; Linse, 2005; Pinter, 2006; Suyanto, 2008). Tentu saja, ini bukan dialog yang panjang seperti yang bisa dilakukan dewasa. Permainan peran yang sederhana dan singkat cocok untuk tingkat bahasa anak (Vernon, 2009). KERANGKA BERPIKIRA. Mengajar berbicara bahasa inggris kepada anak usia diniBerbicara diterima secara luas sebagai keterampilan utama dalam belajar bahasa. Di antara keterampilan lainnya, berbicara adalah yang paling lengkap, tata bahasa, pelafalan, kosa kata, dan kelancaran menyatu dalam satu bidang yaitu berbicara. Ini menjadi barometer keberhasilan seseorang dalam menguasai bahasa, khususnya bahasa Inggris. Penguasaan keterampilan berbicara merupakan prioritas bagi pembelajar bahasa kedua atau asing. Keterampilan produktif ini idealnya diajarkan sejak jenjang pendidikan yang lebih dini.
Dengan menguasai berbicara, kebanyakan orang memberikan penilaian positif kepada seseorang—tanpa mengabaikan kehadiran tiga keterampilan lainnya dengan memberi label bahwa dia cukup menguasai bahasa Inggris. Kebanyakan orang terkesan ketika mendengar seseorang berbicara bahasa Inggris dengan baik. Mereka kebanyakan cenderung berpikir bahwa bahasa Inggris adalah “berbicara”, tidak berbicara berarti seseorang belum menguasai bahasa Inggris. Mengingat pentingnya berbicara dalam bahasa Inggris, banyak ahli mengungkapkan rasional pengajaran berbicara. Menurut Harmer (2007:123) ada 3 alasan untuk mengajar berbicara: (1) kegiatan berbicara memberikan kesempatan latihan, dimana pembicara mencoba untuk berlatih berbicara kehidupan nyata. (2) Kegiatan berbicara dapat memberikan umpan balik bagi guru dan siswa dalam proses pengajaran (3) kegiatan berbicara membantu siswa mengaktifkan berbagai unsur bahasa yang telah mereka simpan di otak mereka.Pertama-tama, berbicara memberikan kesempatan latihan bagi siswa. Siswa dapat berlatih berbicara dengan teman sekelas mereka dan guru mereka juga. Setelah mereka berlatih di kelas mereka boleh pulang dan berlatih bersama yang lain. Ini mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi kemampuan bahasa Inggris mereka baik di dalam maupun di luar kelas. Seperti diketahui secara luas, latihan berbicara membutuhkan usaha lebih seperti kemauan, niat, dan motivasi. Dengan belajar berbicara, siswa diharapkan menguasai bahasa dengan mahir. Kemudian, berbicara dapat memberikan umpan balik bagi guru dan siswa. Berbicara adalah proses mentransfer pengetahuan ke dalam bagian organ ucapan. Dalam proses berbicara, kekeliruan atau kesalahan pasti terjadi. Untuk meminimalkan kondisi ini, umpan balik harus diberikan dengan hati-hati. Ketiga, berbicara mendukung siswa untuk menjadi siswa yang aktif untuk mengeksplorasi kognitif mereka. Berbicara dapat menggali otak siswa untuk lebih aktif, kreatif dan mandiri. Mereka mencoba mengucapkan kata-kata baru dan menghubungkannya menjadi kalimat langkah demi langkahSebagai guru bahasa, sangat disarankan untuk menggunakan beberapa jenis alat peraga di kelas. Alat peraga seperti gambar, gambar, power point, dan lain-lain penting digunakan dalam proses pembelajaran. Alat peraga dapat menjelaskan makna dan konstruksi bahasa, melibatkan siswa pada topik dan membuat pengajaran lebih menarik bagi siswa. Mengajar bahasa Inggris, khususnya untuk anak usia dini membutuhkan lebih banyak kreativitas oleh guru untuk merancang kegiatan mengajar yang menyenangkan dan menarik. Anak usia dini sedikit berbeda dengan pelajar remaja dan dewasa. Mereka membutuhkan bahan ajar yang membuat mereka menarik, enjoy, butuh lebih banyak gerak, dan senang.B. Peran guru dalam mengajar berbicara bahasa inggris (Speaking)Paul (2003 : 77) menyebutkan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam mempersiapkan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris :1.Memperkenalkan dan mempraktikkan pola dengan cara yang terasa bermakna bagi anak, seperti dalam permainan, dalam situasi di mana anak benar-benar ingin mengekspresikan diri, dan melalui personalisasi.2.Mempraktikkan pola-pola baru yang dipadukan dengan pola-pola lain yang telah dipelajari anak, sehingga anak lebih mudah menginternalisasinya.3.Memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk menebak bagaimana menggunakan pola secara fleksibel dalam situasi baru.4.Memberikan kepercayaan diri anak untuk berbicara di depan orang lain dengan cara berbicara secara mandiri dengan anak-anak lain dan seluruh kelas.5.Membangun kekuatan batin anak-anak untuk menghadapi situasi yang membingungkan dan baru, dengan memberikan mereka teka-teki untuk diatasi dan dipecahkan, dan memastikan mereka akhirnya berhasil.Berfokus pada bentuk-bentuk pertanyaan pola baru, sehingga anak dapat bertanya tentang hal-hal yang belum diketahuinya. Mereka bisa belajar Siapa itu? sebelum atau pada saat yang sama belajar, Itu kucing, dan, Apa yang dia lakukan? sebelum atau pada saat yang sama dengan belajar Dia sedang tidur. Sejalan dengan Paul (2003), Harmer (2007b) dan Terry (2008) mengklasifikasikan peran guru dalam pengajaran berbicara, sebagai berikut:1.Pembisik: Guru memberikan saran-saran diskrit kepada siswa, membiarkan mereka berjuang sendiri, dan memberi mereka potongan bukan kata-kata, tanpa mengganggu diskusi.2.Partisipan: Guru berpartisipasi dalam diskusi dengan memperkenalkan informasi baru dan dengan memastikan kesinambungan keterlibatan siswa. Intinya guru tidak boleh memonopoli pembicaraan.3.Penyedia umpan balik: Guru dapat memberikan umpan balik dengan memberikan koreksi yang membantu dan lembut dan dengan memberi tahu siswa tentang kinerja mereka. Selain itu, mereka harus menghindari koreksi berlebihan, karena dapat menyebabkan keengganan siswa untuk melanjutkan dialog.4.Penilai: Guru dapat menuliskan beberapa contoh tulisan bahasa yang dihasilkan siswa, atau menghafal sebagian, kemudian menceritakannya kepada siswanya5.Pengamat: Para guru harus mengamati kegiatan berbicara di kelas dan mencari tahu apa yang membuat kegiatan tersebut terpecah.6.Sumber: Guru harus menyediakan beberapa alat untuk meningkatkan kompetensi lisan siswanya.7.Penyelenggara: Guru mengelola kelas untuk mengatur kegiatan dan melibatkan siswa.C. Karakter anak usia dini

Anak usia dini memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Halliwell (1992:3) menyoroti enam karakteristik anak usia dini: (a) sudah sangat baik dalam mengoperasionalkan makna tanpa harus memahami karya individu (b) sudah memiliki keterampilan hebat dalam menggunakan bahasa yang terbatas secara kreatif (c) sering belajar secara tidak langsung daripada langsung (d) sangat senang menemukan dan menciptakan kesenangan dalam apa yang mereka lakukan (e) memiliki imajinasi yang hebat dan (f) semua sangat senang berbicara.Slattery dan Willis mengatakan, bahwa umumnya semua anak kecil memiliki ciri-ciri ini, mereka: (1) berkembang sangat cepat sebagai individu. (2) belajar dengan berbagai cara, yaitu dengan melihat, mendengar, meniru, melakukan sesuatu. (3) tidak mampu memahami aturan gramatikal dan penjelasan tentang bahasa. (4) mencoba memahami situasi dengan memanfaatkan petunjuk non-verbal. (5) berbicara dalam bahasa ibu mereka tentang apa yang mereka pahami dan lakukan ini membantu mereka belajar. (6) umumnya dapat menirukan suara yang mereka dengar dengan cukup akurat dan meniru cara orang dewasa berbicara. (7) secara alami penasaran. (8) suka bermain dan menggunakan imajinasinya. (9) merasa nyaman dengan rutinitas dan menikmati pengulangan. (10) memiliki rentang perhatian yang cukup pendek sehingga membutuhkan variasi (Slattery, M., Willis, J., 2001). D. Strategi mengajar berbicara bahasa inggris kepada anak usia diniPengajaran berbicara kepada anak usia dini sangat bermanfaat karena mereka kurang sadar dibandingkan pelajar yang lebih tua (Phillips, 1993). Namun, para guru merasa kesulitan karena para pembelajar harus menguasai kosa kata, pengucapan, struktur, fungsi untuk mengatakan apa yang mereka inginkan. Cameron (2001) berpendapat bahwa bagian utama pengajaran dan pembelajaran untuk anak usia dini akan dilakukan secara lisan. Selanjutnya, dia mengusulkan dua prinsip panduan dalam mengajar berbicara kepada anak usia dini: (1) Makna harus didahulukan: jika anak-anak tidak memahami bahasa lisan, mereka tidak dapat mempelajarinya; (2) Untuk mempelajari keterampilan wacana, anak-anak perlu berpartisipasi dalam wacana dan membangun pengetahuan dan keterampilan untuk berpartisipasi. Artinya, Anak usia dini harus dilibatkan dalam situasi di mana mereka akan berlatih berbicara dengan orang sungguhan untuk tujuan nyata.
 Ada banyak cara efektif untuk meningkatkan perkembangan anak-anak dalam belajar berbicara bahasa inggris yang membuat anak lebih tertarik dalam mempelajarinya. Salah satu nya adalah :a. Bermain peran (roleplay) dalam mengajar berbicara bahasa inggris (speaking)      Kegiatan bermain peran adalah salah satu teknik pengajaran di kelas yang mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran bahasa Inggris (Alwahibee, 2003). Permainan peran dikenal dengan banyak nama, seperti: akting, improvisasi, permainan drama, permainan pura-pura, sosio-drama, dll. (Jarvis, 2008). Dalam penelitian ini, Role Play didefinisikan sebagai teknik pengajaran di mana siswa diminta untuk berinteraksi baik sebagai diri mereka sendiri atau orang lain dalam situasi imajiner dengan atau tanpa skenario untuk memberikan ekspresi yang berguna untuk penggunaan bahasa kehidupan nyata.Permainan peran bagi anak usia dini memiliki karakteristik tersendiri, seperti: singkat, sederhana, berulang-ulang, dan dilakukan dalam sesi yang singkat. Hal ini sejalan dengan Phillips (1993) dan Vernon (2009) yang menekankan bahwa role play untuk anak usia dini harus pendek dan sederhana karena anak-anak mengalami kesulitan dalam membuat kalimat panjang meskipun mereka telah memahami sebuah teks, mereka akan menggunakan satu atau beberapa kata. untuk menjelaskan pemahaman mereka (Cameron, 2001: 49). Oleh karena itu, guru harus memiliki kreativitas dalam memilih role play yang akan dilakukan dikelas tingkat anak usia dini.Penting bagi guru untuk membuat sesi bermain peran singkat dengan banyak pengulangan (Brewer, 2007). Diasumsikan bahwa pengulangan bahasa dalam role play dapat membuat siswa lebih mudah mengingat bahasa yang pada gilirannya membuat siswa aman untuk memproduksi bahasa tersebut. Dengan kata lain, pengulangan dapat digunakan untuk memperkuat bahasa dan konsep baru (Phillips, 1993: 5; Brewer, 2007; Vernon, 2009). Hal ini juga sesuai dengan Fleta (2007) yang mengatakan bahwa ‘anak memiliki kecenderungan alami untuk mengulang dan mereka belajar melalui pengulangan’. Namun yang paling penting adalah role play harus diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan bahasa siswa (Vernon, 2009). Kegiatan pengulangan dianggap penting karena merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghindari keengganan siswa dalam melakukan kegiatan.Pengajaran berbicara melalui permainan peran terdiri dari tiga tahap, sesuai dengan struktur khas sebagian besar pelajaran. Ini meliputi: kegiatan sebelum, selama, dan setelah bermain peran (Girard et al., 2003: 61; Harmer, 2008: 201). Kegiatan sebelum bermain peran dilakukan sebagai persiapan, seperti yang dikatakan Wessels (1991) bahwa persiapan diperlukan agar siswa siap untuk belajar. Kegiatan lain sebelum bermain peran dilakukan dengan memperkenalkan kosa kata baru dengan menggunakan gambar, permainan (Wessels, 1991; Vernon, 2009), realia (Mumford, 2005) dan bercerita (Read, 2008). Setelah siswa mengenal kosa kata dan dialog dalam permainan peran, siswa memiliki kesempatan untuk berlatih baris bersama seluruh kelas (Vernon, 2009). Dia juga menyarankan agar siswa yang lebih mahir dapat memainkan antrean yang lebih panjang dan siswa yang kurang mahir dapat memainkan antrean pendek.Tahap kedua menerapkan role play yang telah dipraktekkan. Dalam hal ini, Phillips (2004) dan Girard et al. (2003) mengatakan bahwa anak-anak yang lebih muda merasa sulit untuk bekerja dalam kelompok dan melakukan aktivitas berbicara, sehingga aktivitas yang sangat terbimbing dianggap lebih baik untuk mereka. Selain itu, agar kegiatan role play lebih bermakna, guru mengajak siswa untuk menggunakan ekspresi dan gesture. Hal ini sejalan dengan Girard et al. (2003) yang menyatakan bahwa anak pada usia dini adalah peniru yang sangat baik. Selain itu, properti harus disediakan oleh guru untuk membuat permainan menjadi lebih hidup (Horn et al., 1993). Dalam penelitian ini, guru menggunakan ikat kepala (Phillips, 2004), gambar dan realia (Mumford, 2005; Budden, 2008; Baldry, 2010) untuk memudahkan siswa terlibat dalam dialog dalam role play. Pada tahap terakhir, ada dua kegiatan yang dapat dilakukan yaitu: memeriksa pemahaman siswa dan memeriksa umpan balik siswa (Phillips, 1993; Huang, 2008). Karena pengetahuan siswa tentang bahasa Inggris masih sangat terbatas, mereka merekomendasikan untuk melakukan kegiatan sebelumnya dalam bahasa asli anak-anak, karena tujuannya bukan untuk melatih bahasa Inggris tetapi untuk melibatkan anak-anak dalam proses pembelajaran. HASIL DAN PENELITIANBerdasarkan hasil dan penelitian dapat di temukan beberapa jenis-jenis penampilan berbicara yang dihasilkan oleh siswa selama proses belajar mengajar. Berdasarkan target proses belajar mengajar dan juga hasil observasi, ada tiga jenis produksi lisan yang dapat dilakukan oleh siswa di mana berbicara diajarkan melalui permainan peran. Ini termasuk: (1) Penamaan objek; (2) Memproduksi kalimat sederhana (3) Terlibat dalam dialog. Jenis produksi lisan tersebut sesuai dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan Brown (2001) yang menjelaskan bahwa produksi lisan siswa bergantung pada peran guru dalam memilih jenis penampilan berbicara yang seharusnya dilakukan siswa. Salah satu contoh kegiatan tersebut bermain peran atau role play, seperti contoh kegiatan berikut :ColorTopik : Menyebutkan tentang warnaTujuan : Anak-anak menyebutkan kata sederhana tentang warnaBahan yang dibutuhkan : lima kartu berwarna. Masing-masing kartu ini memiliki warna yang berbeda. Beri warna dasar seperti putih, merah, hitam, kuning, hijau, agar lebih menarik taruh gambar yang berbeda untuk setiap kartu seperti gambar buku, topi, pulpen, meja, bola, baju. Prosedur mengajar :Guru mengenalkan warna kepada anak-anak. Menunjukan setiap warna kartu dan mengucapkannya.“Everybody listen to me carefully!”Dengan menunjuk warna tersebut(semuanya dengarkan baik-baik) Red…. Red…. Red….Yellow…. Yellow…. Yellow….Black…. Black…. Black….Guru juga dapat menggunakan frase atau melengkapi kalimat sederhana seperti: It is red… it is red… it is yellow… it is yellow…Jelaskan materi sekitar 5 menit. Kemudian menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas. Tempelkan gambarnya (jika menggunakan laptop dan fokus tunjukkan saja gambarnya) kemudian minta siswa untuk menyebutkan warnanya. Tanyakan siswa secara bergiliran sampai mereka berbicara semua. Pada saat guru menunjukkan gambar, siswa dapat langsung menyebutkan nama benda yang ada di flash card. Hal ini juga dapat dilihat dari data bahwa siswa ternyata mengenal nama benda dan memiliki kemampuan untuk menyebutkannya. Kemampuan berbicara siswa dalam penelitian ini mendukung penelitian Akbari (2008) yang menunjukkan bahwa gambar diyakini efektif dalam meningkatkan pembelajaran kosa kata siswa khususnya untuk anak usia dini. Selain itu, Leny (2005) yang melakukan penelitian di taman kanak-kanak menemukan bahwa gambar membantu siswa memahami dan menghafal kata-kata yang sulit. Selain itu, Pinter (2006: 11) menyatakan bahwa ‘guru dapat memulai dengan apa yang sudah diketahui anak dan dengan hati-hati mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan mendesak anak untuk maju’. KESIMPULANPenilitian ini telah menyajikan sebagian kecil dari hasil studi kasus eksplorasi kualitatif dalam menginvestigasi implementasi pengajaran berbicara kepada anak usia dini melalui permainan peran dan menemukan jenis-jenis penampilan berbicara anak usia dini selama pengajaran berbicara melalui permainan peran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran berbicara dengan penerapan role play akan berhasil jika materinya menarik, lingkungan belajarnya menyenangkan dan waktunya singkat. Selain itu, sebaiknya role play tidak terlalu sering digunakan dalam keseluruhan program pengajaran, misalnya role play dapat dilakukan dua atau tiga kali dalam satu semester penuh.
Selain itu, role play akan berhasil dalam pelaksanaannya ketika guru dapat menyesuaikan peran yang dimainkan dengan kekuatan siswa, misalnya: siswa yang lebih mahir memiliki peran yang lebih besar untuk memungkinkan mereka menggunakan dan melatih kosa kata dan pengucapan mereka; siswa yang kurang mahir dapat memiliki bagian yang lebih kecil dengan garis yang lebih sedikit sehingga mereka dapat mencapai tujuan mereka dan merasakan kemenangan kesuksesan. Dalam pembelajaran ini, penamaan benda dapat dilakukan oleh siswa dengan kemandirian yang tinggi sedangkan dalam membuat kalimat sederhana dan terlibat dalam dialog siswa memerlukan berbagai bimbingan dari guru sesuai dengan tingkat kemampuannya. Berdasarkan penampilan berbicara siswa yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengajaran berbicara kepada siswa usia dini melalui permainan peran dalam penelitian ini dianggap berhasil karena memungkinkan siswa tidak hanya menamai objek tetapi juga menggunakan kosa kata yang mereka pelajari dalam konteks yang bermakna. REFERENSIBaharudin, M., 2018. Penerapan metode story telling (Mendongeng) dengan menggabar seri untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas II SDN 1 PRINGGABAYA.UNIVERSITAS MATARAM, pp. 3-17.

Craciun, D. (2010). “Role-Playing as a Creative Method in Science Education”. Journal of Science and Arts. 1. (12), 175-182Handrayani, 2022. Penerapan metode story telling pada pembelajaran berbicara di kelas III sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1 februari, Volume 6, pp. 01-10.Hidayat, D. B., Muktadir, A. & Dharmayana, I. . W., 2019. Efektivitas Metode Mendongeng (Storytelling). Open Journal System (OJS) Universitas Bengkulu, Volume Vol. 2 , pp. 120-128. Hidayat, Muslih. 2012. Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Play) Pada Materi Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Dasar Negeri 182 Sekip Ujung Palembang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang

Joyce, Bruce R. and Weil, Marsha. 1972. Models of Teaching. Michigan: Prentice-HallLadousse, G.P. 1987. Role Play. Oxford English Resource Books for Teachers Series. Oxford: Oxford University PressRahmawati, D., 2017. Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Terhadap Keterampilan Berbicara. Universitas Lampung. Sahyoni, 2018. Teaching speaking and young learner: in perspective of communicative language teaching. IAIN Batusangkar, september, Volume 3, p. 01.Santoso, E., 2013. peningkatan keterampilan berbicara melalui metode storytelling (bercerita) dengan menggunakan boneka tangan pada mata pelajaran bahasa indonesia siswa kelas v sd negeri teloyo. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA, pp. 3-13. Susanti, A.D.H. 2007. Using Role Play in Teaching Speaking (A PreExperimental Study atIslamic Junior High School Soebono Mantofani Jombang-Ciputat) A Paper Presented to the Faculty of Tarbiyah and Teachers TrainingTarigan, H. G., 1986. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan. Angkasa. Yulia  Siska.  2010.  Penerapan  Metode  Bermain  Peran  (Role  Playing)  Dalam  Meningkatkan  Keterampilan Sosial   dan   Keterampilan   Berbicara   Anak   Usia   Dini   Taman   Kanak-kanak   Al-Kautsar.   Bandar Lampung. Peneltian Tindakan Kelas.Yohana, F.M., Pratiwi, H.A. and Susanti, K., 2019. Penerapan Metode Role PlayStorytelling  dengan Menggunakan  Media  Poster  Pada  Kemampuan  Berbahasa  Inggris  Mahasiswa  Desain  Komunikasi Visual.Magenta| Official Journal STMK Trisakti,3(1), pp.397408. Zaki,  R.,  Werdati,  S.  and  Dewi,  F.S.T.,  2009.  Efektivitas  Role  Play,  penayangan  VCD  dan  modul  dalam meningkatkan   keterampilan   komunikasi   terapeutik   mahasiswa   Stikes   Jenderal   Ahmad   yani Yogyakarta.Berita Kedokteran Masyarakat,25(3), p.125.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline