Lihat ke Halaman Asli

Sesat Pikir di Era Pandemi

Diperbarui: 21 Januari 2021   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SESAT PIKIR DALAM TANGGAPAN VIRUS CORONA

Penyebaran pandemi Covid-19 keterkaitan pada cerita. Orang-orang merangkai cerita ihwal pandemi tersebut dan menjadikan itu tumpuan untuk menghadapinya. Para kepala negara bekerja keras membuat cerita-cerita perihal Covid-19 karangan mereka. Berbagai cara digunakan untuk menjadikan cerita mereka.

Sesat Pikir

Misalnya, Presiden Jokowi membicarakan Pandemi Covid-19, Ia menyampaikan ajakan para pemimpin negara G20 untuk bersama-sama memenagkan dua "peperangan" yaitu, melawan virus corona (Covid -19) dan melawan pelemahan ekonomi dunia.

Contoh dari sesat pikir yang terjadi di masyarakat adalah sering mengatakan "katanya". Keadaan tersebut disebut sebagai sesat pikir Bandwagon, karena Anda meyakini sesuatu karena mayoritas orang juga meyakininya.

 Lalu, ada juga sesat pikir Non Sequitur. Hal ini terjadi ketika orang lain memberikan informasi yang tepat, tetapi diserap dan dibuat salah oleh lawan bicaranya.

Sebagai contoh, A mengatakan, "Berjemur di bawah sinar matahari dapat membuat tubuh sehat karena bisa memperoleh vitamin D."

Ketika info tersebut diserap oleh B, justru sebaliknya, "Sering berjemur di bawah sinar matahari bisa membuat kita kebal dari virus corona!". Ada lagi contoh kekeliruan logika Ad Ignorantiam. Keadaan tersebut terjadi ketika dua orang berdiskusi, lalu salah satunya sudah menghakimi padahal belum tahu betul soal apa yang dibicarakan.

Karena informasi yang mereka dapat belum masuk ke dalam tahap rasional, keputusan yang mereka ambil pada akhirnya tidak rasional. Salah satu contohnya adalah berkerumun tanpa masker dan jarak aman dengan sengaja, meski para peneliti telah membuktikan bahwa virus corona dapat menyebar lewat udara.

"Nah, dugaan saya, informasi mengenai COVID-19 ini sedemikian menakutkannya sehingga dia terjegal di level emosi. Jadi, dia nggak bisa masuk nih ke tahap rasional,"

Tiba-tiba, virus corona menemukan jalannya ke wilayah Palestina. Pandemi ini tak ubahnya saat Israel yang memperketat blokade. Lockdown yang ketat telah mengurung semua orang di dalam rumah untuk menahan laju penyebaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline