“Pak, Bahasa Inggrisnya tempat sampah itu apa?” tanya Jalil pada Gunawan, bapaknya. Mata Gunawan hanya mengerjap-ngerjap, kening berkerut dari pangkal hingga ujung dahinya. Dirinya hanya seorang supir becak, yang tidak lulus sekolah dasar tiba-tiba mendapat pertanyaan dari putranya yang di anggapnya 'mewah'.
“Ehmm..anu..apa ya....” jawabnya terbata-bata kebingungan ingin memberitahu bahwa sebenarnya dirinya tidak tahu sama sekali jawabannya.
“Yah, Bapak. Tiap kali Jalil bertanya ini dan itu, jawabannya selalu tidak tahu. Payah,” Jalil langsung berkemas dan meninggalkan Gunawan yang termangu, mendengar keluhan Jalil tentang dirinya. "Payah."
*
Adzan Isya sudah berkumandang, namun Jalil belum juga kembali dari rumah, Toni, teman sekelasnya.
“Bun’e, kok Jalil belum pulang ya dari rumahnya Toni,” Gunawan bertanya pada Erna, istrinya.
“Ya ga papa kan, Pakn’e. Dia kan ke sana mengerjakan peer nya. Tadi ibu lihat dia pergi dengan membawa buku setumpuk katanya peernya banyak. Kita tunggu saja sampai jam sembilan. Jika belum pulang juga nanti Pakn’e kan bisa jemput ke rumahnya Toni?”
“Iyo-lah,” jawab Gunawan singkat.
Gunawan beranjak ke teras rumahnya yang sangat sederhana, dan duduk pada satu-satunya kursi di teras itu. Menunggu Jalil.
*
“Assalamualaikum,” rupanya sebelum jam sembilan Jalil sudah pulang. Wajahnya tampak bahagia.