Lihat ke Halaman Asli

Inem Ga Seksi

TERVERIFIKASI

Harga Naik, tapi Kalau Promosinya Masih Berseliweran? Sama Saja!

Diperbarui: 21 Agustus 2016   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

“Yang penting hepi” Iklan Djarum 76

“Mahakarya Indonesia sejak 1913” Iklan Dji Sam Soe

 “Apa yang kita awali, menentukan apa yang akan terjadi” Iklan A Mild Go Ahead

***

Menggiurkan sekali beberapa petikan kalimat di atas, tapi memang begitulah iklan-iklan rokok jaman sekarang. Mereka begitu lihai menyisipkan sesuatu yang berkesan asik, klasik dan trendy. Mulai dari menggambarkan serunya berkumpul bersama teman-teman, serunya liburan bersama keluarga atau sahabat atau tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalani perjalanan hidup.

Pesan aduhai yang di dukung oleh permainan pikiran yang canggih, mampu membius siapapun yang melihatnya. Sehingga mengaburkan kesan bahwa sebenarnya produk yang dipromosikan adalah produk dengan bahan berbahaya yang adiktif.

Menurut saya iklan rokok hampir semuanya membawa pesan subliminal. Subliminal adalah pesan atau stimulus yang diserap oleh persepsi dan alam otak bawah sadar, yang diterima melalui medium gambar yang diulang-ulang. Pesan atau stimulus ini cepat melintas sebelum individu dapat memprosesnya, lalu perlahan-lahan mempengaruhi dan mengubah pikiran sadar seseorang.

Biasanya rokok dengan pesan subiliminal yang menjadi sasarannya adalah para remaja. Remaja yang identik dengan pencarian jati diri alias masih labil emosi. Iklan seperti ini tentu bisa membawa pengaruh pada perkembangan anak-anak remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri atau pengaktualisasian diri.

Sekarang ini bukan menjadi pemandangan yang aneh lagi jika banyak remaja yang masih berseragam putih biru sudah terjerumus gaya hidup sebagai perokok. Dari sekedar coba-coba hingga beneran merokok. Selain biar di bilang keren, mereka beranggapan bahwa dengan merokok mereka bisa menunjukan eksistensinya.

Tapi tidak hanya karena sebuah iklan saja yang menjadi penyebab seorang remaja memutuskan menjadi perokok. Begitu mudahnya akses mendapatkan rokok di warung-warung yang bisa di beli biji-an (ketengan) padahal jelas-jelas ada larangan bahwa pembeli tidak boleh di bawah 18 tahun, tinggal dilingkungan yang notabene para perokok juga bisa membawa pengaruh seseorang untuk merokok.

Hal ini ditambah dengan makin maraknya konser-konser musik yang menjadikan produk rokok sebagai pihak penyelenggaranya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline