Pagi ini terlalu murung bagiku
Bahkan matahari nampak angkuh bersinggungan dengan embun
Sama halnya sikapmu
Yang pagi ini begitu absurb
Ah, semiotika apa hendak kau sampaikan
Di satu waktu yang kusebut merindu
Belum cukupkah waktu yang berjalan
Dijadikan sebuah pembuktian
Bahwa sebuah rasa akan menunjukan jati dirinya
Yang aku ingat, saat itu kita tertawa dan bahagia.
Layaknya bumi yang bahagia menemukan titik orbitnya.
Tapi sekarang, yang aku ingat
kau dan aku hanya diam
aku memikirkanmu, kau memikirkannya.
Langit mendadak kelabu, karena ada yang patah hatinya,
Tapi, aku tahu, hidup tidak hanya sekedar berurusan dengan patah hati
jadi aku akan tetap tertawa dan bahagia, dengan atau tanpamu.
*********************************
*Kota minyak, 22 February 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H