Sederhana,
Hingga usiaku yang sudah melewati seperempat peradaban, tak pernah bisa dengan pasti menjabarkannya.
Selalu saja meraba-raba, sederhana itu berbentuk apa dan berwarna apa.
Karena jika bicara bentuk dan warna, maka akan nampak seperti membicarakan diri sendiri.
Seperti membicarakan wajahku, yang sebagian orang katakan sangat mirip dengan Bapak. Hampir semuanya. Termasuk warna kulit Bapak yang putih bersih.
-Hanya saja aku tidak beruntung memiliki hidung bangirnya. Tidak beruntung memiliki postur tubuhnya yang jangkung.-
Untuk wajah dan kulit, Aku beruntung memiliki gen dari Bapak, tetapi untuk tinggi badan, rupanya gen Ibu lebih mendominasi. Tinggi tubuh yang sederhana, karena jauh dari kata semampai. (hahaha..ups).
Sederhana,
Jika aku boleh menuangkannya dalam sebuah warna. Pasti Aku pilih menuangkannya dalam warna hijau. Hijau selalu sederhana saat berbentuk sebagai daun, yang mampu mengenapi teori bernama fotosintesis.
Namun, ada masa ketika hijaunya daun, harus mengalah dengan warna kuning. Sebuah semiotika warna tentang berahkirnya masa berkembang. Dan mendekati masa untuk gugur. Jatuh terhempas ke tanah, kemudian berinteraksi dengan mahluk melata dari kaum Lumbricus.
Awalnya Aku kira, berbicara tentang sederhana akan mudah, bila seperti membicarkan diri sendiri.
Tapi Aku salah.
Bahkan Aku makin merasa ambigu memaknainya.
Ehmm…tiba-tiba saja, terlintas di ingatanku. Kejadian yang berasal dari dimensi bernama masalalu.
“ Aku pergi training hanya 4 hari saja, oh iya Redoxon ini untukmu. Cuaca akhir-akhir ini begitu extrim. Minumlah vitamin ini, agar Kamu tetap fit. “
Dia menyodorkan sebuah botol suplemen vitamin, sebelum memasuki ruang tunggu.
…sederhana.
Mungkinkah sederhana lebih mirip suplemen vitamin yang disodorkan padaku. Atau seperti sederhananya tinggi badanku yang berasal dari gen Ibuku.
Atau seperti warna kulit yang Aku miliki.
Atau mungkin, sederhana adalah orang-orang yang berada di sekitarku. Orang-orang yang menyayangiku atau bahkan yang membenciku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H