Wanita di katakan sebagai mahluk Tuhan sejati, karena mereka diberi keajaiban melahirkan anak-anaknya melalui dua cara, yaitu sectio dan vaginal. Dan selain itu, keajaiban lainnya adalah bisa mengubah cairan bernama darah menjadi ASI.
Tetapi sebutan tersebut tidak berlaku bagi Sundel bolong. Mengapa ? karena Sundel bolong melahirkan anaknya melalui punggung, itu artinya mereka bukan mahluk ciptaan Tuhan, melainkan mahluk ciptaan setan. Walaupun kami bisa di katakan terlihat sesama wanita.
Apa yang kukatakan ternyata membuat sahabatku si Sundel merasa tersinggung, malam ini kami berjanji bertemu. Di halaman rumahku jam 1 dini hari ..karena tidak mungkin aku berkunjung kerumahnya, yang berjarak hampir 200 km, dan tidak mungkin juga, aku berada diantara sekian ratus nisan, yang dia katakan sebagai tetangga nya.
“ Aya !, maksud kamu apa ?..update status begitu di facebook..sadar ga ??? kamu sudah meremehkan keberadaanku sebagai wanita !” dengan wajah semakin jelek, Sundel duduk merapat mendekatiku.
Tanpa perlu bertanya status yang mana, aku langsung paham dengan apa yang Sundel maksudkan.
“..Oke-oke bila kau merasa tersinggung dengan statusku kemarin.”
“ Aku minta maaf akan hal itu. Tapi kaupun harus menyadari walaupun kita sama-sama wanita ciptaan Tuhan. Namun, Tuhan menciptakan kau dan aku berbeda.”
“Yaitu, kau ditakdirkan sebagai sundel bolong, dan aku di takdirkan sebagai wanita normal, ga pake bolong..!!!!” jawabku sambil beringsut menjauhinya, karena tidak tahan dengan bau kemenyan yang menusuk hidung. Begitu kental dan pekat aromanya memenuhi suasana malam ini.
“Puas sekarang !!, Sundel bolong!!!.” kuberikan sedikit tekanan pada akhir kalimat.
Kali ini, Sundel berdiri. Dia kibaskan rambut panjangnya yang terurai berantakan dan membenahi bajunya yang kedodoran.
Matanya tajam menatapku.
“ Hidup itu selalu harus memilih, mau mati atau hidup...hidup dengan pilihannya tersendiri, dan mati juga dengan pilihannya sendiri.”
“ Dan pilihan setelah mati diantaranya adalah memilih jadi Sundel bolong atau Kuntilanak.”
“ Bila akhirnya aku memutuskan untuk menjadi Sundel bolong, artinya inilah pilihanku sesudah mati.”
“ Hargailah pilihanku. !!!..tanpa perlu menjadi hakim untuk apa yang sudah kupilih. Karena setiap pilihan merupakan kapasitas si pemilik keputusan itu sendiri.”
“ Katamu, kita bersahabat…” tiba-tiba Sundel sudah berada tepat di hadapanku. Dan menatap mataku, kali ini begitu lembut, tanpa kesan angker.
Tertegun.
Kali ini, aku merasa di setrum dengan kabel bermuatan listrik 1000 volt.Kalimat terahkir yang diucapkan Sundel begitu menancap di hatiku.
*aku bertanya ke diri sendiri -Segitu pentingkah sikap Menghargai sebuah pilihan ?..termasuk menghargai pilihannya Sundel..untuk menjadi bolong..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H