Tidak asing bukan dengan kalimat "gotong royong"? apakah di daerah kalian masih sering diadakan kegiatan gotong royong? Masyarakat Indonesia lebih menyukai bersosialisasi dengan orang sekitar. Karena Indonesia menjunjung tinggi budaya gotong royong maka semua masyarakat tidak asing lagi dengan kegiatan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan budaya high context. Budaya high context yaitu sebagian besar dari informasi yang diberikan sudah dimiliki oleh orang (Samovar, 2017).
Contohnya seperti masyarakat Indonesia selalu menerapkan budaya gotong royong setiap pekan, dengan bekerja bakti membersihkan kampung atau komplek perumahan. Namun, saat ini hal tersebut sudah jarang kita lihat lagi.
Saat ini kita sedang dilanda virus Covid-19 yang sangat mengganggu dan menghambat berbagai aktivitas. Setiap orang akan menghindari berkontak dengan seseorang yang sudah terkena Covid-19. Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang menerapkan budaya gotong royong dalam masa pandemi seperti ini.
Hal ini saya alami ketika sedang berada di rumah keluarga saya di Yogyakarta. Warga sekitar bergotong royong untuk menyemprotkan disinfektan keliling kampung. Hal tersebut dilakukan untuk menekan dampak dari virus Covid-19.
Hal ini sesuai dengan budaya kolektivisme menurut Hostefade (dalam Samovar, 2017:218) yaitu masyarakat lebih mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan individu.
Gotong royong di tengah situasi pandemi seperti ini juga terjadi di daerah Cimahi. Seperti yang dilansir dari Kompas.tv, warga kompleks Cipageran Asri, Cimahi, mengetahui bahwa salah satu tetangganya terpapar virus Covid-19.
Tindakan yang mereka lakukan dengan memberikan bantuan berupa makanan dan kebutuhan pokok tetangganya yang sedang isolasi mandiri di rumah. Warga sekitar bergotong royong membantu tetangganya yang sedang kesulitan dikarenakan terpapar virus Covid-19.
#kabuajy07
Referensi:
Dimas, Christandi. 2020. Tetangga Positif Corona, Warga Bergantian Bantu Makanan dan Kebutuhan Pokok. Diakses pada 11 Oktober 2020