Lihat ke Halaman Asli

Malam dan Mimpinya

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam... katamu setia kau kan melelapkanku, tapi mengapa tak pernah tertepati?? Lihatlah mataku sembab karena tak pernah pulas....

Malam... kau isi mimpiku semalam dengan cerita pasti, disana, di tanah yang begitu lapang, tertanan beribu nisan... ketika mataku pandangi 1 per 1 nisan itu, ternyata namaku ada disana..

Ahh mungkin itu hanya nama yang sama, gumamku tersedak,
Kuteliti lagi karena rasa penasaran.. ternyata benar itu namaku "Novelis TB", ku tahu karena nama familiku bersanding sejajar dgn namaku.

Terdiam, terpekur, lemah diriku saat itu. Tak tahu apakah itu sedih, bahagia atau apalah, hanya saja yang kutahu galau meraja di pelupuk mata, di hati berdarah remuk ini.

Mungkinkah masaku sebentar lagi tiba?? Apa yang telah kusiapkan tuk menanti masa itu?? Mampukah aku menantinya dengan harap sungguh?? Ataukah sukmaku belum sepenuhnya pulih untuk persiapkan diri hadapi SURGA dan NERAKA, hadapi malaikat penghakiman.

Dimana tempatku ketika masa itu tiba, aku ingin mengintipnya, biar kutahu pasti aku kan tangguh hadapinya. Ahhh tak mungkinnnn rasanya itu hanya imajinasi laiknya film-film cartoon yang disuguhkan di televisi.

Malam... kau masih menyuguhkan juga sandiwara hidupku dalam gelap tanah merah... tak ada siapa-siapa disana, hanya jangkrik centil yang bernyanyi fals, hanya ada cacing macho yang menggelitik tubuh setiap saat, hanya ada kafan putih yang tak lagi putih pembalut raga....

Malam... segerakanlah bangunkan aku, tak ingin kunikmati mimpi itu, mimpi yang pastinya kan kujalani juga secara alami...

Malam... tak ingin lagi percaya mengulummu dalam hidupku, karena mimpi indah tak pernah kau beri, lelap tak kau suguhkan padaku dengan sempurna...

Malam... mimpi tadi masih membias di benakku, jika nanti kau beri aku mimpi serumit itu lagi, aku inginnya menulis di nisanku seuntai syair tentang kesetiaanku yang ter uji, tentang cinta sejatiku, tentang kasih tulusku..

Mungkin nantinya hanya sebagai kenangan usang atau tak terbaca olehnya, namun aku ingin mengukir itu utknya, utk sebuah pengharapan yang tak pernah usai meski raga tak lagi bernyawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline