Lihat ke Halaman Asli

Noveli Agatha Br Dolok Saribu

Mahasiswi Poltekpar Medan

Bentuk CBT: Partisipasi Masyarakat dalam Pariwisata di Desa Wisata Bukit Lawang

Diperbarui: 14 Oktober 2023   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BENTUK CBT: PATISIPASI MASYARAKAT DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA BUKIT LAWANG

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan suatu pariwisata dimana masyarakat setempat menjadi peran utama dalam pengembangan pariwisata. Meskipun berfokus pada faktor keterlibatan masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan, akan tetapi peranan dari pihak pemerintah dan swasta juga sangat dibutuhkan dalam mendorong keberhasilan pembangunan di daerah tersebut. Masyarakat lokal di anggap sebagai penentu dalam pembangunan dan pengambilan keputusan, adanya keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan baik mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan serta pengelolaan potensi dan evaluator. (Hadiwijoyo, 2013).

Bukit Lawang adalah nama tempat wisata di Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara yang terletak 68 km sebelah barat laut Kota Binjai dan sekitar 80 km di sebelah barat laut kota Medan. Bukit Lawang termasuk dalam lingkup Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah konservasi terhadap mawas orang utan. Pusat rehabilitasi orangutan Bukit Lawang didirikan pada tahun 1973. Tujuan utamanya adalah untuk melestarikan populasi orangutan yang semakin berkurang akibat perburuan, perdagangan dan deforestasi.

Namun, CBT sendiri belum di terapkan sepenuhnya di desa wisata Bukit lawang. Kembali ke teori awal bahwasanya pariwisata berbasis masyarakat merupakan suatu pariwisata dimana masyarakat setempat berperan utama dalam pengembangan pariwisata.

masuk nya pariwisata tentu memberikan banyak sekali peluang dan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. 

Masyarakat di desa wisata Bukit Lawang memanfaatkan pariwisata yang masuk ke desa mereka dengan baik. mereka ikut serta menjadi penjual UMKM berupa produk souvenir dan baju. selain itu penduduk setempat menyediakan homestay sebagai layanan penginapan di desa wisata itu. selain menyediakan sarana dan prasarana bagi wisatawan, masyarakat juga bertindak sebagai pelaku wisata yaitu sebagai tour guide di TNGL. organisasi yang menampung tour guide adalah HPI. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) merupakan salah satu organisasi yang didirikan masyarakat setempat untuk mempromosikan pariwisata. Pemerintah daerah dan masyarakat mendorong kesadaran pariwisata melalui inisiatif ini, dan dengan menjaga sungai dan lingkungan yang bersih, mereka menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Mereka yang pandai memasak bisa menjual makanannya di pusat-pusat pengunjung yang ramai, menjual jajanan atau jajanan, serta menyediakan jasa sewa ban untuk bermain di sungai agar bisa menghasilkan uang, antara lain.

Kebanyakan orang yang mengunjungi Bukit Lawang membutuhkan pemandu untuk melihat orangutan atau ingin pergi arung jeram di sungai Bukit Lawang. Masyarakat terlibat dalam upaya ini untuk memuaskan wisatawan sebagai pelanggan, karena masyarakat memperoleh keuntungan dari pelanggan yang puas . Bentuk partisipasi tersebut tertulis dalam penelitian yang dilakukan oleh mendefinisikan infrastruktur pariwisata sebagai segala fasilitas yang memungkinkan kegiatan ekonomi berjalan lancar dan memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Kesimpulan:

Masyarakat di desa Bukit Lawang menjadikan pariwisata sebagai pembuka lapangan pekerjaan baru. Mereka bekerja sebagai UMKM dan tour guide lokal. Selain itu, masyarakat juga menyediakan layanan penginapan seperti guest house.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline