Lihat ke Halaman Asli

Novel Abdul Gofur

Konsultan di Bidang Kepemerintahan yang sudah pengalaman di sektor / isu pembangunan berkelanjutan selama 20 tahun

Quo Vadis Pelayanan Kebersihan (Sampah) Kabupaten dan Kota

Diperbarui: 31 Januari 2020   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pengelolaan sampah di berbagai kabupaten dan kota di Indonesia saat ini masih jauh dari standar pelayanan publik yang optimal. Bagaimana solusinya?

 Wabah 

Serangan wabah (virus) Novel Corona saat ini yang diduga dikarenakan konsumsi makanan ekstrem seperti daging ular, daging kampret, dan daging tikus, telah melanda Kota Wuhan, Provinsi Hubai, China. Virus Novel Corona diyakini dari kota ini, dan telah merenggut puluhan nyawa manusia, bahkan sudah ditemukan gejala serangan wabah ini di Jepang, Australia dan Amerika. Begitu cepat berpindah ke belahan dunia lainnya.

Wabah ini mengingatkan saya pada suatu kota - di Asia - yang juga terserang wabah penyakit. Namun, wabah di kota ini tidak disebabkan karena makan makanan ekstrem tadi, tetapi karena pencemaran sampah yang mencemari udara, tanah dan air di kota tersebut. Wabah -- kolera dan disentri  -- tersebut dengan ganasnya menyerang kota yang berpenghuni kurang-lebih 1.7 juta jiwa pada saat itu.

Sampah yang mencemari kota tersebut, merupakan konsekwensi dari lalainya pelayanan publik untuk kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota-nya, sehingga absennya hak dasar warga untuk mendapatkan jaminan lingkungan hidup yang sehat dan bersih dari pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah daerah.  

Pengelolaan Sampah di Kota di Negara Berkembang dan Negara Maju 

Salah satu kota di India, pertengahan tahun 90an (94 sd 96), terkena wabah penyakit, yang akhirnya memaksa Pemerintah Federal India menetapkan tindakan kegawatdaruratan untuk kota tersebut -- bahkan berita wabah ini telah menjadi isu internasional. Wabah ini muncul dikarenakan banyaknya sampah yang tercecer di segala penjuru kota di kota tersebut. 

Kota tersebut merupakan satu kota yang menjadi buffer - untuk kota Mumbai (kota besar di India) - untuk sektor jasa dan perdagangan, dan karenanya memicu arus pendatang dari desa ke kota tersebut dengan pesatnya, urbanisasi.

Urbanisasi yang tidak terkontrol, dan dibarengi oleh lemahnya sistem pemerintahan kota tersebut, menyebabkan pengelolaan persampahan perkotaan (solid waste management) tidak berjalan dengan maksimal dan benar. Walhasil, wabah penyakit yang disebabkan karena sampah menjadi menyebar ke seluruh kota. Pemerintah Federal India sempat mengisolasi kota tersebut guna wabah penyakit tidak menularkan penyakit ke kota-kota lainnya.

Kota tersebut adalah Kota Surat, di negara bagian Gujarat, India. Saya dan beberapa rekan kerja dari Sekretariat Asosiasi Pemerintah Provinsi, Sekretariat Asosiasi Pemerintah Kabupaten dan Sekretariat Asosiasi Pemerintah Kota se-Indonesia (APPSI, APKASI, APEKSI), dan perwakilan kabupaten dan kota, Kabupaten Deli Serdang, serta Kota Bandung sempat berkunjung ke sana pada bulan Juli 2002 untuk mendapatkan pengalaman dari Kota Surat dalam menangani persoalan pengelolaan sampah, sebagaimana kegiatan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah kota. 

Kunjungan ke Kota Surat tersebut didanai oleh Pemerintah Amerika / USAID, yang dikelola oleh ICMA/International City/County Management Association melalui program BIGG (Building Institution for Good Governance).  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline