Bila memandang Victoria Park dan sekitarnya pada hari minggu, maka yang nampak adalah sampah di mana-mana. Apalagi bila sore telah datang. Sampah-sampah sisa alas duduk, botol-botol air, sisa makanan dan koran-koran serta kertas-kertas terlihat berserak tanpa ada kepedulian mau membuang pada tempat yang sudah tersedia. Kalaupun ada, tak jarang membuang sampah serampangan, melemparnya begitu saja, hingga sisa-sisa makanan bercecer di sekitar tempat sampah. Meski tidak semua seperti itu, tapi itulah yang nampak di Victoria pada hari libur.
Masalah sampah ini sudah sering diulas diberbagai media, sepertinya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, masih terbilang minim. Terbukti dengan banyaknya sampah pada hari minggu atau hari libur BMI (Buruh Migran Indonesia). Banyak pihak merasa tidak nyaman akan sampah-sampah tersebut, diantaranya BMI itu sendiri. Dari berbagai surat pembaca yang sering dimuat di media, terdapat suara keluhan menyuarakan perihal sampah yang kian menumpuk dan kotornya Victoria Park.
Lantas, apakah semua BMI seperti itu? Masih adalah BMI yang peduli pada hal ini? ternyata ada, dan merekalah para peduli lingkungan, memanfaatkan hari libur mereka untuk sampah. Pada hari libur yang merupakan hari istimewa mereka, setelah seminggu bekerja, justru mereka berbuat satu hal demi lingkungan yang telah rusak. Mungkin bisa dibilang sepele, apa yang mereka lakukan dibanding rusaknya alam. Namun, perbuatan mereka patut diacungi jempol.
Diantara ribuan BMI yang duduk menikmati libur di taman, mereka berjuang mendapatkan botol air mineral/kaleng bekas, dengan tujuan mulia, membantu korban bencana dengan daur ulang dari botol-botol yang mereka kumpulkan. Mereka itu adalah ; Sunarmi, Kasih, Eni dan beberapa teman lainnya. Bagi mereka, botol-botol tersebut adalah emas.
Mereka mendatangi tempat satu, ke tempat lainnya, tanpa malu, bertanya dan meminta botol bekas juga kaleng minuman. Kemudian memasukkan kedalam kantong kotak-kotak yang mereka bawa. Setelah terkumpul, kemudian botol-botol tersebut dibawa ke North Point. Di sana, ada mobil khusus dari yayasan yang akan mengangkut ke tempat daur ulang.
Mereka melakukan hal tersebut bukan tanpa alasan, mereka ingin dapat membantu sesama dan panggilan hati untuk menyelamatkan lingkungan dari sampah plastik. Sunarmi, salah satu pengumpul botol mengatakan, kegiatan yang ia lakukan bersama teman-teman ini merupakan satu rangkaian peduli lingkungan. Kenapa botol dan kaleng? Perempuan asal Malang tersebut menceritakan, bagaimana botot-botol bekas disulap menjadi pakaian siap pakai, dimana pakaian tersebut nantinya, disumbangkan kepada korban bencana alam atau orang yang membutuhkan.
Botol-botol tersebut pertama-tama dipilah. Setelah melalui serangkaian proses, diolah menjadi benang, dari benang-benang tersebut kemudian dijadikan bahan baku pembuatan pakaian, juga selimut. Bagi Sunarmi, ini adalah bentuk kepedulian pada korban bencana, juga peduli akan sampah plastik yang kian menggunung setiap harinya. Rasa malu untuk meminta botol-botol bekas tekikis oleh semangat ingin membantu sesama. “Untuk apa malu, lawong untuk membantu sesama, lagian saya hanya bisa bantu seperti ini Mbak,” ujar Sunarmi bersemangat, meski terkadang cibiran menghampirinya.
Pengumpulan botol dilakukan pada minggu kedua setiap bulannya. Ia bersama teman-teman yang tergabung dalam lembaga amal Tzu Chi menyebar di penjuru Victoria untuk mengumpulkan botol-botol. Sunarmi juga menghimbau kepada teman-teman BMI, untuk ikut membantu menyisihkan botol-botol bekas, atau tidak membuangnya sembarangan, “Ini juga sebagai bentuk pemberitahuan, bahwa botol bekas pun berguna, jadi jangan buang sembarangan. Kalau pun membuang, buang pada tempat yang telah disediakan untuk bahan dari plastik..” lanjut Sunarmi.
Kegiatan yang dilakukan Sunarmi dan teman-teman, patut di contoh. Selain berguna untuk orang lain, juga ikut membantu program penanggulangan sampah plastik, “Kita lakukan ini sukarela Mbak, ada kesadaran dalam diri saya, bahwa bumi ini juga perlu diperhatikan. Jadi tidak hanya menikmati saja. Lakukan apapun yang berguna bagi kelangsungan bumi, untuk nanti anak cucu kita,” Ujarnya lagi.
Memerlukan waktu lama bagi organisme tanah menghancurkan sampah, butuh waktu bertahun-tahun. Bahkan ribuan tahun. Daur ulang dapat mengurangi volume sampah, mengefisiensikan sumber daya alam, serta dapat mengurangi beban bumi dan juga membantu pelestarian lingkungan. Mari lindungi bumi kita dari sampah. Lakukan daur ulang demi masa depan bumi dan kelangsungan hidup manusia dimulai dari sekarang juga!
by.Indira
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H