Lihat ke Halaman Asli

Membangun Anak Menjadi Manusia Kritis dan Kreatif, Serta Pemecah Masalah melalui Pembaharuan Pendekatan, Stategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita sekarang ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemempuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemempuan anak untyuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Dengan adanya srtategi pembelajaran diharapkan peserta didik kita akan menjadi lebih baik dan dapat dengan mudah menerima pembelajarannya, serta dapat langsung di implikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

A.Pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bertujuan


  • Pembaharuan strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencananan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujun pendidikan tertentu ( Wina Sanjaya, 126, 2009).

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6). Standar proses pendidikan sebagai standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pemgendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas dan proses pembelajaran.

Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan.


  • Strategi-strategi dalam pembelajaran

a. Strategi pembelajaran siswa aktif

Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatau peperangan. Dalam dunia pendidikan srtategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular aducational goal (J. R. David, 1975). Jadi dengan demikian srtategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesaim untuk membelajarkan siswa. Artinya, system pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS).

Dalam kegiatan pembelajaran PBAS diwujudkan dalam berbgai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa itu ada yang secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, akan tetapi juga ada yang tidak dapat diamati seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak. Kadar PBAS tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional..

b. Strategi pembelajaran inkuiri (SPI)

Strategi pembelajaran ini menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pembelajjran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. SPI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Ciri utama SPI, pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, SPI menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dalam srtategi ini siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi pelajaran tetapi dapat mengguanakan potensi yang yang dimiliki.

c. Strategi pembelajaran berbasis masalah

Strategi pembelajaran berbassis masalah (SPBM) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat cirri utama SPBM ,yaitu Pertama, SPBM merupakan rangkaian pembelajaran, yang tidak mengharapkan siswa hanya datang, duduk, dan mendengarkan dan mencatatkemudian menghafal materi pelajaran tetapi siswa diharapkan aktif berpikir, mencari dan mengolah data, dan mengumpulkan data. Kedua, aktivitas pembelajaran digunakan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut dapat diambil dari buku teks atau dari sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar atu peristiwa keluarga.

Berbeda denga SPI, masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka.SPBM memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui pemecahan data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Materi yang diberikan atau topic yang diberikan tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi dapat bersumber dari peristiwa-periatiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

d. Srategi pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif atau kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsure penting dalam sratategi pembelajaran kooperatif (SPK), yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, (4) adanya tujuan yang harus dicapai.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empata sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian diberikan pada setiap kelompok. Setiap kelompok akan menerima hadiah (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajara melalui kooperatif dapat dijelaskan melalui beberapa perspektif, yaitu perspektif social, perspektif motivasi, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif.

e. Strategi pembelajaran kontekstual

Contextual Teaching and Leraning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang perlu dipahami. Pertama, CTL menekankan kapada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkaphubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswadapat memahami materi yang dipelajari, akan tetapi bagaimanamateri pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka untuk mengarungi kehidupan.


  • Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.

Metode merupakan cara yang diterapkan guru untuk menciptakan situasi pengajaran dalam kelas dapat menyenagkan dan mendukung bagi kelancaran dan proses belajar siswa serta mengarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang memuaskan. Guru dalam memilih atau menggunakan metode harus memperhatikan kindisi siswa serta dapat menggunakan dan menerima respon dari siswa.

·Tekhnik pembelajaran

Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.

Teknik dan taktik mengajar merupakan bagaimana melakukan atau melaksanakan dari suatu metode atau cara seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode. Sehingga teknik dan taktik ini bersifat individual tergantung sipa yang mengajar, walau sama-sama menggunakan metode mengajar yang sama namun taktik dan teknik yang digunakan setiap guru berbeda-beda. Sehingga dapat diketahui bahwa strategi pembelajran yang di terapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalamkan strategi itu dpat diterpkan berbagai metode pembelajaran.

B. Pendidikan yang Menjadikan Anak Kritis, Kreatif dan Problem Solver

Berpikir kritis (Dalam Gunawan, Adi W, 2007) adalah kemampuan untuk melakukan analsis, menciptakan dan menggunakan kriteria secara objektif, dan melakukan evaluasi data.

Berpikir kreatif (Dalam Gunawan, Adi W, 2007) adalah kemampuan untuk menggunakan struktur berpikir yang rumit untuk menghasilkan ide yang baru dan orisinal. Berpikir kreatif meliputi

a. Kemahiran : kemahiran menghasilkan banyak ide

b. Flekbilitas : kemampuan meghasilkan ide-ide yang berbeda.

c. Originalitas : kemampuan menghasikan ide yang unik

d. Elaborasi :kemampuan menghasilkan hal yang bersifat detail

e. Sintesis : kemampuan menggabungkan komponen-komponen atau ide menjadi suatu rangkaian pemikiran yang baru.

Berpikir kritis (Dalan Johonson, Elaine B, 2008) merupakan sebuah proses penting, terarah, dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, melakukan penelitian ilmiah dan sebagainya. Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman baru. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang orisinal.

Di sekolah dasar, anak-anak harus melakukan langkah-langkah kecil dahulu sebelum akhirnya menjadi terampil berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkatan kelas, yang pada akhirnya mereka akan terbiasa berpikir, berlogika, mengidentifikasi, menemukan, dan terbentuk pribadi yang kreatif. Berpikir kritis dan kreatif memungkinkan siswa menemukan kebenaran dalam berpikir dan bertindak. Siswa sebagai pemikir kritis dan kreatif akan berusaha memecahkan masalah, mengambil keputusan, mempertimbangkan dan mengambil tindakan moral kemudian mereka akan memahami, mencari makna, memperhatikan sudut pandang orang lain untuk kehidupannya sehari-hari.

Contoh sederhana siswa kritis dan kreatif akan melibatkan rasa ingin tahu dan bertanya kepada guru. Guru harus mendorong siswa untuk berpikir, misalnya mengapa sebuah benda beroperasi seperti itu, atau mengapa sebuah benda selalu melakukan seperti itu.

Siswa sebagai pemikir kritis dan kreatif akan membangun hubungan di antara hal-hal yang berbeda yang alami. Kemudian otak akan menemukan pola, menemukan kemungkinan-kemungkinan/penemuan baru dan menakjubkan, yang tidak terpikir dan terduga, oleh kita. Mereka akan menyukai asosiasi bebas, imajenatif, dan intuisi.

Dorongan guru meyakinkan siswa bahwa mereka mampu menghasilkan sesuatu yang baru adalah sangat penting. Guru juga tidak hanya memberikan sesuatu yang sudah dikenal maupun memberikan sesuatu yang unik, dengan ide-ide yang orisinal dan tindakan kreatif guru. Siswa akan berpikir kritis dan kreatif memang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh. Aktivitas mental, seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan informasi dan ide dengan pikiran terbuka, membangun keterkaitan diantara hal-hal yang berbeda atau sama, dan menerapkan imajinasi pada situasi tertentu untuk penemuan dan hal yang baru atau berbeda dari yang lain, serta mendengarkan intusi dalam dirinya.

C. Teori Hemisphere, Perkembangan Intelek dan Kreativitas

Menurut teori hemisphere atau belahan otak atau juga sering disebut teori otak kanan otak kiri, otak terbagi kedalam dua belahan yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Teori belahan otak kanan adalah belahan otak yang berfungsi dalam hal berkreativitas. Belahan otak kiri berperan dalam kegiatan motorik (motor sequence) yaituberhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian dan matematika. Belahan otak kiri berespons pada pendapat. Belahan otak kanan berhubungan dengan proses dan penyimpanan informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang; Dalam kerjanya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Belahan otak kiri berhubungan dengan bilangan/angka, kata-kata, logika, urutan atau daftar, dan detail atau rincian-rincian. belahan otak kiri berrsifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. ContohDalam belajar misalnya, kita dapat berpikir sambil mendengarkan musik yang memang kita sukai.

Cara mengembangkan kreatifitas pada anak jika otak kanannya terhambat:

1.Meningkatkan Daya Ingat dan Logika Berpikir.

2.Alat Peraga dan Optimalkan Panca Indera

3.Biasakan Rapi dan Disiplin

4.Musik, Seni dan Olah Raga

5.Membaca dan Berbahasa yang Baik dan Benar

Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991). Sedangkan menurut Cattel (dalam Clark, 1983) adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru.

Jadi intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi berfikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif.

·Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual:

1. Faktor Pembawaan (Genetik)

Banyak teori dan hasil pnelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung factor gen mana (ayah atau ibu) yang dominant mempengaruhinya pada saat terjadinya “konsepsi” individu.

2. Faktor Gizi

Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang

memberikan energi / tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia diatas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.

3. Faktor Kematangan

Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu :

a. Periode sensori motorik (0-2 tahun)

b. Periode pra operasional (2-7 tahun)

c. Periode operasional konkrit (7-11 tahun)

d. Periode operasional formal (11-16 tahun)

Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti factor kematangan mempengaruhi struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan baik.

4. Faktor Pembentukan

Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya.

5. Kebebasan Psikologis

Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelektual.

D. Menjadikan Anak Kritis

Karakteristik berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

a. Watak (dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

b. Kriteria (criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan

E. Menjadikan Anak Kreatif

Supriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)

Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:

a. Aspek Kognitif. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu:

(1) keterampilan berpikir lancar (fluency);

(2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility);

(3) keterampilan berpikir orisinal (originality);

(4) keterampilan memperinci (elaboration); dan

(5) keterampilan menilai (evaluation).

b. Aspek Afektif. Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang

(ciri-ciri non-aptitude) yaitu:

(a) rasa ingin tahu;

(b) bersifat imajinatif/fantasi;

(c) merasa tertantang oleh kemajemukan;

(d) sifat berani mengambil resiko;

(e) sifat menghargai;

(f) percaya diri;

(g) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan

(h) menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999

F. Menjadikan Anak Problem Solver

Problem solver atau Pemecahan masalah adalah proses mental dan merupakan bagian dari proses masalah lebih besar yang meliputi masalah menemukan dan membentuk masalah. Pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol rutin atau fundamental keterampilan lebih. Sifat metode pemecahan masalah manusia telah dipelajari oleh psikolog selama seratus tahun terakhir

Ada beberapa metode belajar memecahkan masalah, termasuk; introspeksi, behaviorisme , simulasi , komputer pemodelan dan eksperimen .

Dalam pembelajaran banyak guru yang mengartikan belajar siswa hanya membaca, menghafal, dan mampu mengulang informasi. Konsep ini menyatakan bahwa pendidikan "menjadi tindakan menyimpan, di mana siswa adalah deposit dan guru adalah nasabah yang bersangkutan. Konsep perbankan pendidikan tidak mendorong siswa untuk terlibat dalam pemikiran kritis, sebaliknya, mengharuskan siswa untuk menjadi pasif dan menerima fakta-fakta seperti yang diberikan tanpa memiliki pilihan untuk bertanya atau berdebat.

Pada hal ini seorang guru harus menghilangkan pemikiran-pemikiran tersebut dan dapat memecahkan masalah tersebut, yaitu antara lain dengan pertama, siswa diberi kesempatan memahami nilai dan pentingnya subjek, maka mereka akan bersedia untuk mencurahkan waktu dan energi untuk mempelajari materi pelajaran. Kedua, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dan berkolaborasi ide-ide mereka, maka belajar mereka akan ditingkatkan. Ketiga, siswa perlu berlatih belajar aktif. Siswa tidak hanya belajar dengan duduk di kelas mendengarkan guru, menghafal tugas pra-paket, dan menyemburkan jawaban.

Tetapi untuk benar-benar mempelajari materi pelajaran mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari, menulis tentang hal ini, mengaitkannya dengan pengalaman masa lalu dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari mereka.

Inilah masalah yang masih banyak ditemui dalam pembelajaran dan harus segera diselesaikan untuk mejadikan anak kritis dan kreatif.

Sumber:

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/03/10/beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknik-pembelajaran/

Elida Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Angkasa Raya

http://r-doc.blogspot.com/2009/11/perkembangan-intelektual.html

Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia

Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung: ML

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline