Lihat ke Halaman Asli

Dampak Kemoderenan Zaman

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa menanam, akan mengetam." Itulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan hasil  usaha seseorang diukur dari berat tidaknya usahanya itu. Sudah pasti yang menanam baik akan mengetam kebaikan, begitu pula yang menanam buruk, keburukanlah yang bakal ia dapat. Tak dapat mengelak, itu sudah menjadi hukum alam.
Liburan sekolah telah dekat. Para pelajar dengan suka cita menyambutnya. Kejenuhan bersekolah sedikit demi sedikit akan terkikis oleh yang namanya liburan. Kebanyakan dari mereka tak memikirkan alias tak peduli lagi dengan pelajaran sekolahnya saat liburan. Libur ya libur.
Sebelum liburan, para pelajar seperti biasa dipertemukan dengan yang namanya ujian. Ujian berguna untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa akan mata pelajaran yang telah diajarkan bapak dan ibu guru selama ini. Akan tetapi, akuratkah hasil ini menilai pemahamannya? Jawabnya belum tentu. Ini terjadi lantaran banyak yang memiliki mindset bahwa nilai lebih penting dari apapun. Lantas dengan segala cara mereka akan mendapatkan nilai itu. Apalagi kini zaman telah berkembang modern. Perkembangan pengetahuan terjadi secara signifikan. Teknologi telah semakin canggih. Canggihnya teknologi tak diimbangi dengan canggihnya pengawasan. Pengawasan ujian masih saja berjalan konvensional. Sekolah seringkali mengesampingkan etika dan nilai sikap. Pendidikan Indonesia kini hanya untuk mengajar, bukan untuk mendidik. Inilah yang menjadi celah negatif pendidikan bangsa kita. Karakter pancasila masih bersembunyi di balik kepakan sayap Sang Garuda.
Mau dibawa kemana bangsa ini? Pendidikan yang mestinya menjadi dasar kemajuan negara masih saja amburadul begini.
Pada akhirnya yang mengerjakan ujian dengan jujur belum tentu hasilnya lebih baik dengan yang curang. Ironi memang, namun inilah kenyataannya. Bukan masalah pintar atau bodoh, ini masalah moral. Moral yang sedang hancur terhempas angin pembodohan. Perlu dibenahi. Moral itu jati diri. Untuk pelajar Indonesia, tetaplah berbuat luhur dan berkarakter dalam bersikap. Sekarang tinggal pilih, mau jujur ataukah curang. Jujur untuk kemajuan bangsa atau curang untuk hancurnya bangsa di masa mendatang. Pilih!
Sumber: http://www.rimbahidup.tk (blog saya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline