Kegiatan Ini merupakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilakukan oleh Prof.Dr.Ni Ketut Suarni, M.S. sebagai Ketua PKM serta Prof. Dr. Prof. Dr. Gede Rasben Dantes, S.T, M.T.I dan Dr. Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri, S.Psi., M.A., M.Psi., Psikolog sebagai anggota PKM. Kegiatan PKM ini dilaksanakan di Rumah Berdaya Kota Denpasar.
Rumah Berdaya (RB) didirikan pada tanggal 3 September 2016 untuk memfasilitasi pemulihan kesehatan jiwa sesuai UU Nomor 8 Tahun 2016. Awalnya di bawah naungan Dinas Kesehatan Kota Denpasar, RB fokus pada pemulihan psikiatrik, psikososial, dan vokasional. Sejak 10 Januari 2019, RB beralih ke Dinas Sosial Kota Denpasar dan berfokus pada pemulihan psikologis [1]. RB memiliki luas tanah 650 m2 dan berlokasi di Jalan Raya Sesetan Nomor 280 Denpasar). Peran Dinas Sosial Kota Denpasar terdiri dari: (a) memfasilitasi tempat; (b) memfasilitasi biaya operasional; (c) membayar honor staf; (d) penyedia keterampilan untuk warga Rumah Berdaya.
Pendampingan dengan teknik konseling di antaranya dengan terapi kerja/konseling kerja, telah terbukti dapat menyembuhkan klien dengan schizophrenia (KdS) [2], disajikan data pada Tabel.1. [3]. Serta mereka dapat beraktivitas secara normal dan bahkan dapat berkarya secara mandiri [4]. Ini berarti melalui terapi kerja KdS dapat disembuhkan dan mampu kembali mengelola dirinya dan keluarganya. Dengan karya-karya yang dihasilkan sangat berdampak secara signifikan untuk meningkatkan kestabilan jiwa, kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan baik, sehingga dapat meningkatkan percaya dirinya bahwa mereka merasa masih bisa menjadi "Manusia yang Berguna" bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat [5]. Jumlah Klien di RB dari Tahun 2016--2024 sebanyak 100 orang, dan setiap hari datang sekitar 25 orang KdS, serta usia KdS di sekitar 20 tahun-75 tahun [3]. Hal ini menandakan bahwa karakteristik klien adalah individu yang masih usia produktif dan kajian yang perlu mendapat perhatian serius adalah "KdS banyak yang berstatus sebagai kepala rumah tangga dan/atau Ibu rumah tangga" yang kehadiran pengasuhannya sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya. Dari 100 orang KdS, sampai saat ini terdapat 15-20 orang sudah berstatus sebagai penyintas schizophrenia dan sudah bisa aktif membantu menjadi role model di RB.
Mayoritas klien Skizofrenia (KdS) di Rumah Berdaya (RB) adalah usia produktif yang memiliki peran sentral sebagai ayah/ibu rumah tangga. Pengasuhan anak-anak mereka saat ini diambil alih oleh keluarga dekat karena KdS masih fokus pada pemulihan dan belum mampu menjalankan fungsinya. Angka kesembuhan KdS di RB masih rendah, yaitu sekitar 25% dalam 3 tahun terakhir, walaupun sangat disadari bahwa pemulihan kejiwaan KdS memang membutuhkan proses waktu yang relative lama. Hal ini disebabkan karena KdS masih terfokus pada kenyamananya dalam mengekspresikan obsesi-obsesinya, sehingga belum mampu memikirkan kekuatan dari luar yang berfungsi sebagai reinforcement. PKM ini ingin meningkatkan semangat KdS untuk sembuh dengan mengajak mereka memahami nilai ekonomi dan manfaat terapi dari produksi dupa [6]. Berdasarkan observasi, produksi dupa memiliki potensi ekonomi lebih tinggi dibandingkan karya KdS lainnya. PKM ini ingin memberikan nilai tambah bagi KdS dengan mengajak mereka memahami manfaat terapi dan nilai ekonomi dari produksi dupa dan meningkatkan semangat KdS untuk sembuh dari gejala-gejala halusinasi, waham, berpikir tidak sesuai kenyataan, dan memandang negatif orang lain. Produksi dupa memiliki potensi ekonomi lebih tinggi dibandingkan karya KdS lainnya. Hal ini didukung oleh Kebutuhan dupa yang merupakan salah satu sarana persembahyangan yang dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Bali, terutama yang beragama Hindu. Saat ini, karya KdS selain dupa hanya berfungsi sebagai katarsis emosi dan dipajang di RB. Sedangkan Dupa yang dihasilkan dijajakan di RB yang sering ditawarkan pada para pengunjung yang tertarik datang ke RB yang menyebabkan tidak stabilnya penjualan.
Analisis kebutuhan dan evaluasi diri melalui SWOT di RB menunjukkan beberapa permasalahan yang ditemukan sebagai berikut:
- Rendahnya angka kesembuhan KdS dalam setahun.
- Karya KdS hanya berfokus pada katarsis psikologis/emosi.
- KdS belum memiliki mindset untuk berkarya pada produksi yang memiliki nilai ekonomis dan bermanfaat sebagai reinforcement.
- Pengetahuan dan keterampilan dalam bidang manajemen produksi dan pemasaran Pengelola RB masih kurang.
Fokus penyelesaian masalah mitra melalui PKM ini adalah: 1) Meningkatkan angka kesembuhan KdS dalam setahun, 2) meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi terutama pada produksi Dupa agar dapat bernilai ekonomis yang lebih tinggi, 3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kewirausahaan dan pemasaran secara digital ekonomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI