Lihat ke Halaman Asli

Menyoroti Moral dan Amoral

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Moralitas merupakan kata dasar dari moral, dimana moral itu sendiri adalah Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila. Moral sendiri lebih ditujukan kepada tindakan yang lebih menuju kepada tindakan yang baik. Perilaku moral, yang merupakan hasil dari penilaian moral seseorang, dapat ditampilkan dalam bentuk yang sama namun alasan atau dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perilaku moral itu bisa berbeda. Hal inilah yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg (1995) sebagai penalaran moral yaitu alasan-alasan atau pertimbangan-pertimbangan dalam menilai mengapa suatu tindakan itu boleh atau tidak boleh dilakukan.

Selain istilah moral dalam masyarakat juga dikenal istilah amoral. Amoral sendiri menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai “tidak bermoral, tidak berakhlak”. Yang kemudian orang awam sering mengkaitkan tindakan yang baik dengan tindakan bermoral dan tindakan yang buruk dengan tindakan tak bermoral atau tindakan amoral. Hal itu diperjelas dari perspektif sosiologi amoral diartikan Tidak memiliki moral yang baik. Namun menurut Bertens mengatakan bahwa menyebut amoral dengan kata tidak memiliki moral itu merupakan hal yang sangat kasar. Sehingga bertens mengatakan amoral adalah sebagai tindakan yang netral dari sudut moral atau tidak mempunyai relevansi etis.

Antara moral dan amoral memanglah suatu sisi yang saling bertolak belakang. Dimana dalam suatu tindakan pada manusia hanya memiliki satu kata saja yaitu tindakan moral atau tindakan amoral. Moral dan amoral sendiri memerlukan perhatian dalam proses perkembangannya dalam masyarakat. Dalam hal ini Perkembangan dalam aspek moral sangat penting untuk diperhatikan terutama pada masa remaja. Aspek ini merupakan kebutuhan penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi (Desmita, 2005).

Dalam perkembangan aspek moral, penalaran moral merupakan indikator utama. Hal ini disebabkan oleh karena perilaku yang ditampilkan bisa sama sementara alasan atau pertimbangan yang mendasarinya dapat berbeda sesuai dengan perkembangan penalaran moralnya.Penalaran moral bisa diberikan kepada masyarakat terutama generasi muda melalu agen-agen sosialisai dari pembentuk moral tersebut bisa dari keluarga, teman sepermainan, sekolah, dan lainnya.

Namun sepertinya saat ini perkembangan moral sedikit mengalami kesalahan, yang kita lihat saat ini banyak sekali tindakan-tindakan amoral yang terjadi. Saat ini sering kita dengar istilah tawuran antar pelajar, pembunuhan mahasiswa, dan lain sebagainya. Lalu faktor penyebab apakah yang membuat tindakan tersebut terjadi ? seperti yang kita ketahui dalam penyebab terjadinya penyimapangan itu terjadi karena ada dua hal faktor dari luar dan dari dalam.

Faktor dari dalam adalah intelegensi atau tingkat kecerdasan, usia, jenis kelamin dan kedudukan seseorang dalam keluarga. Faktor dari luar adalah kehidupan rumah tangga atau keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan dan media massa.

Faktor dari dalam mungkin hal yang sedikit sulit untuk dilakukan perubahan, namun pada faktor dari luar sedikit mudah untuk dilakukan perubahan. Mulai dari faktor keluarga tentu saja menciptakan keharmonisan dan kenyamanan dalam keluarga membuat orang dalam keluarga itu akan merasa tenang sehingga sedikit sekali terciptanya sifat emosional yang menyebabkan suatu kekacauan. Kemudian pada pendidikan sekolah dimana pendidikanlah yang memberi sarana tentang hal yang baik yang harus seseorang itu lakukan. Kemudian pada pergaulan, tak perlu adanya batasan dengan siapa seseorang itu bergaul cukup dengan mawas diri dan pengkuatan akhlak dari diri seseorang itu hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan dan keluarga. Kemudian media massa juga harus ikut membantu dalam hal pembentukan moral dalam masyarakat saat ini, tidak hanya pada dunia pendidikan saja yang dikoar-koarkan pendidikan karakter sebagai pembentuk moral.

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu tindakan haruslah berlevansi terhadap moral dan perkembangan untuk menuju tindakan yang sesuai dengan relevansinya perlu mendapatkan perhatian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline