Lihat ke Halaman Asli

Novani Wahyu

Mahasiswa tahun ke-3

Manfaatkan Limbah untuk Kehidupan Bersama

Diperbarui: 1 Oktober 2017   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Sanitasi merupakan faktor terpenting bagi kesehatan masyarakat. Terutama masyarakat yang bertempat tinggal di lingkungan padat penduduk. Seperti yang kita tahu, saat ini banyak pemukiman masyarakat yang memiliki saluran pembuangan seperti septic tank yang berjarak tidak  jauh dari sumber mata air yang biasa digunakan untuk dikonsumsi sehari-hari, seperti mandi, mencuci, bahkan untuk minum dan memasak pun digunakan mata air tersebut. 

Padahal,  masyarakat tidak tahu jika mata air tersebut bisa tercemari limbah rumah tangga yang salurannya berjarak tidak sesuai dengan standar yang ditentukan. Selain itu, limbah rumah tangga tersebut juga akan mencemari sungai yang akan bermuara di laut. Hal tersebut akan merusak beberapa unsur alam yang penting,  seperti sungai dan laut terutama pantai.

Maka dari itu, Pemerintah Provinsi Bali yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang yang dibiayai loan dari JBIC membangun Pengelolaan Limbah Denpasar Sewerage Development Project(DSDP). DSDP adalah proyek pembangunan sistem perpipaan air limbah terpusat yang cakupan wilayahnya meliputi Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali. Ide pembuatan DSDP ini didasari oleh pencemaran di Teluk Benoa dan menunjukkan bahwa layaknya sarana sanitasi akan mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat dalam hal kualitas lingkungan hidup, kesehatan dan ekonomi.

Dinas Instalasi Pengolahan Limbah Denpasar, Bali mengolah 1 jenis limbah yaitu limbah cair. Cara mengolah limbah sendiri cukup panjang prosesnya, Rumah-rumah penduduk, hotel-hotel serta restaurant yang sudah menyetujui untuk menggunakan layanan DSDP, akan dipasangkan houseinlet oleh petugas DSDP. 

Setelah terkumpul di house inlet, air limbah tersebut akan mengalir ke mainhole yang telah disediakan. Selanjutnya, air limbah mengalir ke pumping station dan pada akhirnya di pompa ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).Setelah itu, air limbah mengalir ke inflow mainhole dengan gravitasi. Di inflow mainhole, air limbah disaring menggunakan bar screen agar hanya limbah saja yang masuk ke pumping station, dan sampah-sampah yang pada air limbah rumah tangga tetap berada di inflow mainhole. Sampah-sampah yang tersangkut di bar screen secara berkala dibersihkan.

Pembersihan sampah-sampah tersebut masih secara manual. Setelah proses penyaringan di inflow mainhole, air limbah masuk ke pumping station. Dalam pumping station terdapat 3 pipa yang total berkapasitas 46,5 m3/ menit, motor sebagai penggerak, derek, dan siklon. Siklon dalam pumping station berfungsi menyuplai oksigen bagi para pekerja. 

Sedangkan derek berfungsi untuk mengangkat pipa apabila terjadi kebocoran. Motor penggerak yang terdapat di pumping station berfungsi untuk memompa air limbah dari pumping station ke receiving tank. Ketiga pipa tersebut beroperasi secara otomatis sesuai dengan debit air yang masuk, yaitu 15 m3/menit pada setiap pipa. Namun, dalam suatu keadaan tertentu, pipa-pipa di pumping station dioprasikan secara manual.

Selain alat-alat tersebut dalam pumping station terdapat saluran air untuk mengalirkan air dalam pumping station ke luar saat terjadi banjir. Setelah di tampung di receiving tank, air limbah disalurkan ke dalam aerated lagoon. IPAL memiliki 2 aerated lagoon dengan aerator yang totalnya berjumlah 11 buah.

Pengoperasian aerator dilakukan di dalam control building. Aerator berfungsi untuk menyuplai oksigen ke dalam air di aerated lagoon. Oksigen dan sinar matahari dalam air tersebut menjaga mikroorganisme yang berfungsi untuk menguraikan kotoran tetap hidup dan tidak saling memakan satu sama lain. Biasanya aerator tersebut dioperasikan lebih intensif pada malam hari untuk membantu mikroorganisme tetap hidup karena tidak adanya sinar matahari.

Setelah dua hari berada di aeraten lagoon, air limbah mengalir ke dalam sedimentation pond, atau kolam sedimentasi. Kotoran-kotoran yang telah terurai dan mikroorganisme yang mati menyatu dan membentuk gumpalan-gumpalan yang pada akhirnya mengendap di dasar kolam. Pada rentang tahun 5 tahun, apabila endapan-endapan tersebut telah mencapai 75 cm, maka akan dilakukan penyedotan lumpur. Air yang bebas dari gumpalan kotoran dan mikroorganisme yang telah mati, secara alamiah dengan bantuan angin akan mengalir ke effluent channel. Air tersebut sudah dapat digolongkan sebagai air bersih, dan nantinya mengalir ke sungai. 

Limbah cair yang sudah diolah melalui proses yang panjang tadi dapat digunakan kembali untuk mengaliri hutan bakau di sekitar IPAL namun untuk planning ke depannya limbah akan dialirkan melalui sungai-sungai dan dapat digolongkan menjadi air bersih kembali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline