---Buku menghadirkan dunia dalam diri, membuat hati teduh dan membawa hidup lebih bermakna. Bacalah buku, dia akan mengatakan sesuatu---
Hampir semua orang mengenal buku namun tidak semua orang mencintainya. Buku dikenal karena kemampuannya membawa ilmu dan pengetahuan walau terkadang dihindari karena sulit dipahami.
Buku sangat dekat dengan dunia pendidikan dan intelektualitas. Saya teringat ketika pertama sekali memasuki dunia pascasarjana di perguruan tinggi, seorang dosen yang terkenal kutu buku dan baru saja menyelesaikan pendidikan doktornya di salah satu Universitas terbaik di Australia mengatakan kepada seisi kelas "berapa buku yang sudah kalian baca?"
Dan ketika salah satu mahasiswa mengajaknya berdebat tentang satu "materi kuliah" dan perdebatan berlangsung cukup lama, lantas dosen itu kembali bertanya "sudah berapa banyak buku yang kau punya tentang materi ini dan anda sudah baca?" Perdebatan berhenti dengan sendirinya dan mahasiswa lainnya hanya bisa tersenyum.
Buku Simbol Intelektualitas?
Jika mencermati perdebatan diatas, barangkali kita terpancing untuk merenung, apakah dengan memiliki dan membaca buku, maka citra intelektual dengan sendirinya melekat pada diri kita? Semakin banyak buku yang dimiliki semakin kuat kadar keilmuan atau kepintaran kita?
Apakah semua buku layak dibaca dan punya kadar intelektualitas yang kuat? Atau sepenting apa upaya kita memilih buku-buku yang hendak dibaca? apakah semua buku layak dibaca? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini setidaknya membantu memahami arti sebuah buku dalam hidup kita.
Pertama kita perlu paham, apa itu buku? apakah buku punya klasifikasi? Buku adalah sarana belajar yang digunakan di sekolah dan perguruan tinggi yang bertujuan untuk menunjang pembelajaran (Buckingham 1958). Buku adalah rekaman pikiran secara rasional (Hall-Quest). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku adalah helai kertas berjilid yang berisikan tulisan untuk dibaca atau kosong untuk ditulis.
Merujuk pada berbagai pengertian diatas lantas kita berfikir seharusnya buku menjadi media yang ditulis oleh penulis baik perorangan ataupun kelompok yang berisi ilmu dan pengetahuan yang ditulis dan disusun secara sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan.
Namun faktualnya, jika kita jeli mencermati buku yang kita baca, tak jarang kita menjumpai buku tersebut hanya berisi informasi yang sebenarnya kita dengan mudah mendapatkannya di berbagai sumber media online atau internet.
Substansi penulisan buku tidak didasarkan pada analisis terhadap hal yang sedang dibahas melainkan lebih kepada mencomot berita dan opini dari media. Sebagai seorang yang suka membaca (walaupun tidak tergolong kutu buku) saya sering sekali menemukan bahasa yang sama antara apa yang tertulis di media online dengan yang ditulis dalam buku.