Lihat ke Halaman Asli

novance silitonga

senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

Solidaritas Identitas

Diperbarui: 23 Agustus 2019   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Novance Silitonga
(Direktur Populus Indonesia)

Apa yang terjadi di Manokwari, Papua Barat, menyita perhatian publik. Kota ini membara dalam kekisruhan dan sempat melumpuhkan aktivitas warga. Pemberitaan diberbagai media mengatakan gedung DPRD dibakar dan beberapa fasilitas umum lainnya dirusak oleh Warga Papua yang sedang dilanda amarah. 

Apa pasal? Tindakan persekusi dan perlakuan rasis oleh sekelompok organisasi masyarakat (ormas) dan aparat keamanan terhadap mahasiswa Papua di sejumlah daerah (Malang, Surabaya dan Semarang) memicu gelombang protes dan aksi massa di Manokwari.

Aksi massa seperti ini merupakan aksi solidaritas bersama masyarakat Papua berbasis identitas. Mereka tidak terima warga mereka di perantauan diperlakukan secara diskriminatif dan diberikan pernyataan negatif dan sensitif oleh masyarakat non-Papua, dimana pada saat yang sama mereka memperlakukan warga non-Papua yang hidup bersama dengan masyarakat Papua di Manokrawi secara sejajar sebagai sesama anak bangsa. 

Aksi Manokwari berangkat dari sebuah manifestasi sikap atas tersakitinya sebuah identitas politik (sukubangsa Papua) yang disertai tindakan kekerasan yang mengganggu ketertiban umum.

Aksi solidaritas berbasis identitas bukan hal yang tabu dalam konteks masyarakat majemuk seperti Indonesia. Banyak aksi-aksi berbasis identitas yang diberi ruang oleh demokrasi. 

Sepanjang tidak mengganggu dan mengancam persatuan sebagai sebuah bangsa, aksi-aksi ini akan selalu mendapat sambutan dan dukungan luas, namun jika sebaliknya, maka akan mendapat penolakan dan dengan sendirinya kehilangan simpatik dari identitas lainnya.

Catatannya adalah, bahwa aksi solidaritas berbasis identitas punya celah untuk dijadikan maksud dan tujuan lain. Paling mungkin adalah upaya untuk memisahkan diri yang dimanfaaatkan oleh kelompok separatis. 

Memang sejauh ini, kisruh yang terjadi di Manokwari tidak ada hubungannya dengan upaya separatis. Murni akibat dari gesekan masyarakat yang bersumber dari salah pengertian dan kekurangarifan warga dalam menyikapi masalah yang sedang terjadi.

Medsos: Sumbu Ledak Kisruh
Media sosial menjadi "sumbu ledak" atas peristiwa Manokwari. Sekelompok masyarakat terhasut oleh sebuah pemberitaan (postingan) di salah satu media sosial bahwa mahasiswa Papua melakukan pelecehan dan penghinaan terhadap Bendera Merah Putih yang menyulut kemarahan warga. 

Kemarahan muncul begitu saja tanpa proses dialog sebagai upaya mencari kebenaran berita di media sosial. Hoaks terbukti telah mengganggu dan menggugah emosi massa sehingga berita lancung serta merta dianggap benar. Gerak cepat aparat keamanan adalah mengambil langkah-langkah antisipatif mengamankan mahasiswa Papua sehingga situasi dapat kembali normal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline