Lihat ke Halaman Asli

Novaly Rushans

TERVERIFIKASI

Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Sup Kaledo, Rindu yang Ingin Diulang Kembali

Diperbarui: 13 September 2024   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampilan Sup Kaledo (sumber : via Kompas.com)

Bencana memang membuat rasa sedih dan duka. Itu yang kami rasakan saat menangani pasca gempa Palu pada Oktober 2018. Gempa yang juga membawa dampak likuifaksi, tanah bergerak dan menelan objek benda yang ada diatasnya. 

Selain itu terjadi guguran bawah laut yang membuat terjadinya tsunami yang menghantam teluk Palu. Tsunami yang terjadi merusak bangunan sepanjang pantai Talise. Pantai yang awalnya indah, ramai dikunjungi warga kota Palu dan sekitarnya terlihat luluh lantak.

Gempa ini memanjang hingga Kabupaten Donggala , Kabupaten Sigi hingga Kabupaten Parigi Moutong (Parimo). Dampaknya memang massif dan luar biasa. Kami hadir setelah menangani gempa Lombok yang terjadi pada Agustus 2018. Seperti susul menyusul.

Penanganan Gempa memakan waktu yang lama, berbulan bulan bahkan bisa bertahun tahun. Karena pemulihan infrastruktur membutuhkan biaya dan waktu yang lama. Belum lagi pemulihan traumatis bagi korban gempa. 

Kami bersama relawan dari Sulawesi , Kalimantan, Jawa dan beberapa relawan dari Lombok dan Bali  membangun posko darurat di Jalan Ayun Kota Palu. Kami berinteraksi sangat intens dengan relawan lokal dari Palu, Donggala dan Sigi. Rata rata mahasiswa Universitas Tadulako sebagian pelajar SMA dan komunitas anak pesisir.

Bencana boleh datang menghantam, rasa persaudaraan tumbuh semakin kuat. Rumah rumah penduduk yang  relatif masih utuh dan bersedia dijadikan posko penanganan bencana. Kami meminta izin untuk dijadikan  posko. Maka  sepanjang wilayah bencana dalam rentang jarak tertentu dibangunkan posko 

.Sebuah cara untuk memudahkan dalam distribusi bantuan. Sekaligus melakukan asesmen untuk pembangunan shelter darurat. Juga sebagai tempat para relawan beristirahat. Tiap posko dibentuk struktur relawan.

Dalam satu kesempatan kami mendapatkan undangan makan dari salah satu keluarga di Kota Palu. Menunya Sup Kaledo. Inilah rasa persaudaraan yang kami rasakan. Sup Kaledo adalah makanan khas suku Kaili,  Suku asli yang mendiami Palu , Donggala hingga Sigi.

Sup Kaledo makanan berbahan utama tulang kaki sapi. Dengan kuah bening yang berasa asam, gurih, pedas dan segar. Ditambah bawang goreng yang khas. Sebagai informasi bawang goreng Palu merupakan bawang goreng yang istimewa. Maka bila ke Kota Palu salah satu oleh oleh yang terkenal dan ikonik, Bawang Goreng.

Sup Kaledo adalah makanan berkuah yang sangat menarik, potongan tulang kaki sapi dengan sumsum berlemak  yang gurih. Daging yang masih melekat di Tulang menjadi santapan yang susah untuk dilewatkan. Dijamin sangat seru saat memakan sup Kaledo.

Keringat mengucur deras dengan bibir terasa panas kepedasan. Biasanya Sup Kaledo dimakan bersama nasi dengan santan yang dibungkus daun pisang. Seperti buras kalau di Jawa. Tapi kami memakannya bersama nasi putih saat itu, dan tetap enak dan nikmat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline