Surabaya sudah seperti kota kedua bagi saya. Ini terjadi karena anak ketiga saya berkuliah di salah satu PTN di Surabaya. Kota dengan suasana panas menyengat ini memiliki daya tarik tersendiri.
Sebagai kota besar kedua setelah Jakarta, Surabaya banyak menawarkan jenis kuliner. Rujak Cingur, Rawon, Tahu Tek, Sate Klopo, Sego sambel, Lontong Balap dan makanan lainnya.
Tak usah bingung bila sudah berada di Surabaya, semua makanan tradisional, nasional maupun Internasional banyak tersedia. Mau yang kelas kaki lima di pinggir jalan hingga resto mahal dengan fasilitas mewah. Semua mudah didapat.
Kota dengan julukan kota pahlawan ini menyimpan banyak kisah bersejarah. Saya sempatkan berkunjung ke Balai kota, gedung peninggalan Belanda ini sudah direvitalisasi menjadi sarana publik, ada masjid, ada perpus, ruang serbaguna , ruang pamer hingga disampingnya terdapat bangunan DPRD Kota Surabaya.
Dulu, gedung balai kota merupakan bangunan tempat hangout para petinggi, pengusaha dan pesohor bangsa Belanda. Orang pribumi dilarang masuk. Tiap malam para sosialita memiliki pesta meriah. Tapi semuanya terhenti sejak Tentara Jepang masuk Surabaya, gedung serbaguna berubah fungsi.
Bagi saya, Surabaya memiliki magnet yang bisa menarik orang untuk datang, terutama kuliner yang banyak tersedia. Seperti Lontong Balap yang menjadi salah satu ikon. Jenis makanan ini mudah ditemui di beberapa wilayah kota surabaya. Ada yang berbentuk gerobak dorong hingga warung yang lumayan besar
Lontong balap termasuk makanan yang lengkap, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral semuanya tersedia. Di dalam sepiring lontong balap terdapat lontong, tauge, tahu goreng lentho, mi, bumbu petis dan kuah bening. Penyajiannya tergolong sederhana, lontong dan tahu goreng dipotong potong, lentho, tauge dengan kuah. Setelah itu kecap diguyur lalu satu sendok penuh petis diberikan untuk memberi rasa pedas.
Selain itu ada jenis makanan tambahannya, sate kerang, kerupuk, minumannya es kelapa muda. Bila bertemu penjaja lontong balap kita kan menemukan kelapa muda tergantung di gerobak.
Saat saya berkunjung ke Surabaya dan kereta tiba pukul 23:00. Saya mengambil penginapan tak jauh dari Stasiun Pasar Turi. Untuk melepas penat karena hampir 12 jam berada di kereta. Besok pagi saya akan ke kampus tentunya setelah sarapan pagi.
Pilihan sarapan pagi yang saya cari Lontong Balap. Di Sepanjang jalan Semarang mudah sekali mencari penjaja lontong balap, dalam hitungan saya lebih dari 6 pedagang berjajar sepanjang jalan. Sebagian besar merupakan pedagang menggunakan gerobak. Hanya ada satu yang berupa warung makan.