Lihat ke Halaman Asli

Novaly Rushans

TERVERIFIKASI

Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Local Heroes di Ujung Negeri

Diperbarui: 20 Agustus 2024   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak Atambua sedang mengambil Air (sumber via Inews)

Kata 'pahlawan' (heroes) memang identik dengan orang yang berjasa tanpa pamrih. Kadang pahlawan lahir karena adanya momentum, kejadian yang membuatnya harus berbuat, berkorban, melakukan apa yang mungkin memiliki resiko. Namun, ada pula pahlawan lahir dari sebuah kegelisahan, kegundahan atas apa yang terjadi. Ia menjadi antitesa atas ketidak adilan yang terjadi.

Dari sudut pandang Pahlawan, sebuah hal yang terlewat, terlupakan bahkan sengaja diabaikan menjadi titik tolak bergerak. Ketidakberdayaan atau 'pemakluman' atas sebuah kejadian untuk sebagian besar orang akan berbeda di dalam kacamata seorang pahlawan. 

Pahlawan dituntut untuk berani mengambil sikap, berani untuk mengusulkan, melaksanakan hingga menanggung resiko atas tindakannya. Sekelumit gambaran tentang sebuah frasa "pahlawan' yang coba di elaborasi. Tentu masih sangat luas bila terus digali makna dari kata "pahlawan'. Uniknya, orang bisa berbeda pendapat dan berbeda pandangan, tentang kepantasan seseorang atau sekelompok orang disematkan kata 'pahlawan'. Bahkan bisa menuai polemik yang panjang. 

Dalam dunia kemanusian, tak terlampau sulit untuk menuliskan dan memberikan label pahlawan atau heroes. Untuk tingkat lokal yang mungkin kemanfaatan atau pengaruhnya hanya untuk sebuah kampung, dusun atau desa.

Dalam kerja kemanusian, banyak hal hal yang kadang diluar nalar bisa terjadi. kata 'nalar' hanya merujuk pada 'pemakluman umum'. Misal ada dua orang yang nekat naik sepeda motor dari Purworejo Jawa Tengah membawa bantuan untuk korban gempa di lombok pada tahun 2018. 

Ada seorang relawan yang rela melepaskan pekerjaan tetap sebagai perawat di Aceh agar bisa membantu korban gempa di Lombok. Ia rela menjadi relawan yang tidak dibayar karena sukarela menerima panggilan untuk hadir di posko penanggulangan gempa  di sebuah wilayah di Bayan, Lombok timur.

Ada seorang wanita muda, masih berstatus mahasiswi yang sebenarnya korban dari gempa di Palu. Kakek dan neneknya jadi korban, rumahnya rusak berat, keluarganya mengungsi. Namun ia tetap nekat mendaftar menjadi relawan untuk membantu korban korban yang lain. Padahal ia  juga adalah korban. 

Rasanya bila dituliskan semua banyak sekali kisah kepahlawanan yang membuat hati kita bergetar. Kerelaan, pengorbanan yang diberikan menunjukkan sikap dasar manusia adalah  rela menolong orang lain.

Kisah kisah ini akan coba dituliskan, agar menjadi inspirasi minimal sebuah pengingat, di zaman ini masih banyak orang yang tulus berbuat untuk daerahnya masing masing. Mereka adalah local heroes yang senyap dan pemberitaan. Kiprahnya sering terlupakan padahal dampaknya sangat berarti untuk orang disekitarnya.

Atambua, Kisah Seorang Local Heroes di Ujung Negeri

Namanya pak Wahidin, seorang laki laki kepala keluarga. Sejatinya hidupnya dari sisi ekonomi sudah cukup sejahtera. Ia memiliki beberapa toko dan rumah makan.  Pak Wahidin dan istrinya memiliki latar budaya berbeda, Pak Wahidin berasal dari Bima, NTB. Sedang istrinya dari Minang , Sumatera Barat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline