Lihat ke Halaman Asli

Novaly Rushans

TERVERIFIKASI

Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Begini Merayakan Tahun Baru ala Relawan Kemanusian

Diperbarui: 1 Januari 2024   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak Gempa Palu : Sumber via Kompas.com

Pergantian tahun selalu menjadi momen yang ditunggu sekaligus membuat banyak orang Bahagia. Ada budaya untuk sekedar merayakan pergantian detik terakhir menuju detik ditahun baru. Menghitung mundur di jam 24 :00 di tengah malam menjadi ritual khusus.

Tentu budaya ini sudah mendunia, hampir semua negara melakukan perayaan pergantian tahun. Pasca lepas dari era kelam pagebluk , covid 19 pesta malam tahun baru kembali meriah. Nyala kembang api, bunyi petasan, teriakan terompet hingga berbagai macam gaya dan tingkah orang merayakan tahun baru kembali meriah dan ramai.

Tak hanya di kota besar, perayaan pergantian tahun juga dirayakan hingga kampung di pelosok yang jauh dan terpencil. Hal ini saya dapatkan karena beberapa kali saya berada di lapangan saat pergantian tahun. Karena memang bencana ternyata tak memilih waktu.

Kalau kembali diingat dalam catatan bencana di Indonesia, Banyak bencana besar terjadi saat mendekati pergantian tahun , yang paling fenomenal adalah Gempa dan Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004, Tsunami Selat Sunda yang terjadi pada 23 Desember 2018, Erupsi Gunung Semeru 2021 yang terjadi pada 4 Desember.

Merayakan Malam Tahun Baru di Posko Bencana

Sebagai relawan kemanusian yang bertugas saat bencana terjadi, saya seringkali berada di lapangan saat penanganan bencana. Tahun 2018 adalah tahun yang spesial bagi saya karena sejak Agustus, saya terus berada di tengah wilayah bencana.

Bulan Agustus di pekan pertama saya mendapat tugas dalam penanganan bencana gempa di Lombok, dari Jakarta saya berangkat satu hari pasca gempa besar yang meluluhlantakkan sebagian pulau Lombok , sepanjang jalan antara Senggigi , Pusuk, pemenangan, Gangga hingga Sembalun bangunan rumah, sekolah dan fasilitas umum roboh dan rusak. Sepekan sebelumnya gempa besar juga menghantam Lombok dengan lokasi berbeda.

Gempa Lombok terjadi berulang ulang dengan skala besar diatas 5,5 Skala Richter. Saya sendiri beberapa kali tidur dijalan karena berbahaya berada didalam gedung. Setiap gempa mengguncang, listrik padam. Suasana mencekam karena kepanikan masyarakat terjadi.Banyak warga lombok yang tidur didalam tenda dihalaman rumah mereka masing masing.

Di Lombok saya berada di posko utama di kota Mataram, kami juga membuka posko di beberapa wilayah untuk memberikan bantuan ke masyarakat terdampak.

Di Bulan September tepatnya tanggal 28 jam 17:02 Wita terjadi gempa besar disertai tsunami dan likuifaksi di Kota Palu yang berdampak pula di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi sehingga sering disingkat Pasigala ( Palu, Sigi , Donggala).

Pada hari yang sama saya sedang menghadiri pembahasan terkait gempa Lombok dengan narasumber pak Daryono dari pusat data dan informasi (Pusdatin) BMKG. Setelah acara semua peserta langsung melakukan kontak dan mencari informasi terkait gempa yang baru saja terjadi.

Karena saat itu ada pak Daryono maka informasi awal yang kami terima cukup cepat dan lengkap. Dengan cepat pengerahan relawan menuju lokasi bencana segera dilakukan. Relawan dari Sulawesi terutama dari Makassar segera berangkat.

Setelah melakukan serah terima tugas di Lombok saya ditugaskan kembali di Palu dalam penanganan bencana. Ketika saya tiba di bandara Sis Mutiara Al Jufri kota Palu saya bisa melihat dampak kerusakan gempa. Beberapa bagian bandara rusak termasuk salah satu Menara di bandara yang rusak parah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline