Lihat ke Halaman Asli

Novaly Rushans

TERVERIFIKASI

Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Kenang-kenangan Saya di Toko Buku Gunung Agung dan Era Disrupsi yang Mengubah Segalanya

Diperbarui: 16 September 2023   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toko Buku di kawasan Kwitang | sumber Xena olivia Kompas.com

Kenang-kenangan Saya untuk Toko Gunung Agung

Wilayah Kwitang seperti tempat bermain untuk saya. Rumah saya dulu berada di Kemayoran, tepatnya di Kelurahan Harapan Mulia. Hanya butuh berjalan kaki sekitar 1,5 km saja. Saat itu saya masih masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Hampir setiap minggu saya bersama tiga teman sebaya mengunjungi wilayah Kwitang. Motifnya sebenarnya ada dua. Dua teman saya penggemar berat permainan Ding Dong dan dua lainnya penggemar buku. Saya termasuk penggemar buku. Membaca adalah hobi saya yang telah ada sejak saya bisa membaca kata per kata.

Maka sejak bisa membaca, saya sangat gemar dengan semua hal yang berbau tulisan. Koran bekas pembungkus cabe saja akan saya baca dengan tuntas. Kehausan bahan bacaan akhirnya menemui obatnya ketika saya mengenal buku, termasuk Ketika saya mengenal toko buku.

Salah satu toko buku favorit saya adalah Toko Buku Gunung Agung yang berada di Kwitang. Karena di toko buku modern itulah saya bisa membaca buku gratis tanpa diusir petugas toko. Syaratnya asal jangan duduk di lantai. Saya harus kuat berdiri selama membaca gratis di Toko Buku Gunung Agung. Buku yang menjadi favorit saya adalah komik serial Mahabrata dan Ramayana. Kisah tentang Sugriwa, Pandawa , Kurawa, Rama dan Shinta. 

Kegemaran membaca saya memang sudah dalam taraf ‘gila’ . Saya bisa betah berdiri dari pagi hingga siang hari untuk membaca buku di Toko Gunung Agung. Saya memiliki lorong khusus untuk membaca. Saya tinggal membawa buku ke lorong tersebut dan membaca dengan tenang. Tak banyak pengunjung yang lalu lalang di lorong itu.

Namun sebelum saya lanjutkan artikel ini saya akan gambarkan suasana pasar buku Kwitang pada tahun 1985 hingga 1991.

Sebutan kwitang sebenarnya lebih merujuk pada nama asal kelurahan di mana pasar buku ini berada. Di Kwitang ini terdapat beberapa tempat yang menjadi pusat keramaian.

 Pertama, setiap pekan ada pengajian Habib Ali Al Habsyi di jalan Kwitang, maka keramaian jamaah yang hadir dari penjuru Jakarta bahkan dari Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok.

Selain pengajian, hadir juga pedagang mingguan sebagai imbas adanya jemaah pengajian. Pedagang ini menjajakan perlengkapan sholat, baju muslim, minyak wangi, buku-buku agama, dan berbagai macam aksesoris muslim lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline