Pagi sekali saya bersiap siap menuju klinik faskes 1 BPJS Kesehatan untuk berobat gigi istri saya. Padahal jam layanan klinik baru dibuka jam 9 pagi. Dengan sepeda motor saya dan istri berboncengan. Jam tangan saya menunjukan 06:50. Saya yakin masih pagi , perjalanan ke klinik butuh waktu sekitar 20-30 menit. Kalau tak ada sesuatu yang 'luar biasa' saya akan sampai klinik jam 7:20 .
Dan saya berharap kuota pendaftaran untuk berobat gigi akan saya dapatkan karena yang saya tahu praktek dokter gigi hanya 2 kali seminggu, senin dan selasa dari jam 09:00-12:00. Dan hanya menerima 10 pasien berobat gigi.
Saya ngebut agar cepat sampai ke klinik walau tetap berhati hati. Seperti hitungan saya, jam 7:21 saya tiba di klinik. Halaman klinik sudah penuh dengan sepeda motor, 2 mobil sudah terparkir. Saya jadi ragu apakah saya dapat kuota antrian. Melihat orang yang sudah ramai menunggu.
Saya dan istri segera bergabung dengan antrian pasien, bertanya ke pada beberapa orang yang sudah menunggu. Jawaban mereka hampir sama, ingin berobat ke dokter gigi. Saya langsung menghitung orang yang sedang menunggu. Ada 20 orang dan itu berarti saya dan istri bisa jadi tak masuk kuota 10 orang.
Dan benar saja, ada satu orang yang berinisiatif membuat daftar antrian dengan secarik kertas, sudah tertulis 10 orang. Berarti Ini kali kedua saya tak mendapatkan kuota berobat gigi, setelah hari senin kemarin saya juga gagal karena datang jam 08:30.
Saya tak tega melihat istri yang sakit gigi dan sudah dua kali datang tak juga mendapatkan kuota berobat. Dalam antrian ada 6 orang yang juga bernasib sama. Karena datang kurang pagi.
Untuk menebus rasa bersalah karena saya menganggap hadir 2 jam sebelum jam layanan sudah cukup pagi ternyata saya salah besar. Entah jam berapa saya harus datang ke klinik biar mendapatkan jatah pengobatan mungkin setelah subuh saya langsung ke klinik dan berdiri mengantri
Saya mengajak istri berobat ke Puskesmas kecamatan yang jaraknya hanya lima ratus meter dari klinik. Berharap pelayanan gigi di puskesmas bisa menerima pasien lebih banyak.
Namun sesampainya di Puskesmas, baru sampai meja pendaftraran seorang laki laki sudah berteriak teriak , pelayanan gigi sudah tutup. Saya bertanya kepada laki laki yang bertugas mencatat antrian berapa kuota pasien gigi. Dia menjawab lima belas orang. "Dokter giginya cuma satu pak, jadi cuma bisa nerima 15 orang"
Saya tak mau menyerah, saya bilang ke istri kita ke puskesmas Tigaraksa yang lebih besar karena berada di pusat kota Kabupaten Tangerang. Jaraknya 5 km dari puskesmas cisoka. Berharap ada kuota untuk berobat gigi.
Saya pacu lagi sepeda motor saya lebih cepat, beruntung perjalanan lumayan lancar tanpa hambatan. Sampai di puskesmas Tigaraksa saya langsung menuju meja pendaftaran pasien, dan jawaban yang sama , pasien gigi sudah ditutup. Kuotanya 30 orang.