Perumahan saya sejak beberapa tahun lalu kedatangan para warga Kalimantan Barat. Warga Tionghoa keturunan. Cukup banyak sehingga perumahan yang dulunya sepi karena tak banyak yang mau tinggal kini mulai ramai.
Kepindahan warga Tionghoa Kalimantan Barat erat kaitannya dengan pekerjaan dibidang garmen. Mayoritas mereka membangun bisnis dari hulu ke hilir. Mulai dari penjualan bahan baku hingga pengemasan pakaian jadi.
Warga Tionghoa ini juga membangun ekosistem untuk memenuhi kebutuhan harian. Ada yang membuka usaha kuliner, bengkel, reparasi elektronik hingga toko obat. Saya melihat apa yang dilakukan warga Tionghoa ini sebuah Langkah untuk membuat lingkungan yang saling terintegrasi.
Lalu bagaimana dengan warga lokal ?
Warga lokal yang saya maksud adalah warga yang telah lebih lama tinggal dan pribumi. Mereka mendapat pekerjaan dari warga Tionghoa sebagai buruh jahit, tukang sablon, tukang lipat, pembuang benang hingga berbagai pekerjaan lainnya.
Kepindahan warga Tionghoa Kalimanatan Barat punya manfaat bagi warga lokal. Sehingga timbul simbiosis mutualisme. Saling memberikan manfaat positif.
Apa hubungan warga Indonesia yang pindah menjadi warga negara ke Singapura ? Saya ingin berikan analogi sederhana saja. Apakah kepindahan warga Indonesia ke Singapura juga membuat ekosistem yang menguntungkan bagi yang kehidupan mereka dan bangsa Indonesia ?
Saya punya prasangka baik kepindahan WNI menjadi warga Singapura. Baik karena alasan ekonomi, pendidikan, kesehatan atau politik sekalipun. Singapura sebagai negara tetangga memang negara yang mudah menerima warga negara lain. Walau tentu dengan persyaratan.
Kisah Tentang Zuber Said
Mungkin ada yang belum kenal dengan sosok ini. Zuber Said laki laki kelahiran Bukittinggi. Pria Minang ini pindah ke Singapura pada tahun 1928 untuk berkarir musik di negeri yang saat itu masih di jajah Inggris.
Zuber Said pada tahun 1958 menciptakankan sebuah lagu " Majulah Singapura" dan ia serahkan ke dewan kota Singapura untuk sebuah perayaan Victoria Theatre yang baru direnovasi. Lagu ini lalu dimainkan pertama kali oleh Singapore Chamber Of Commerce Ensemble. Lagu ini terpilih menjadi lagu kebangsaan Singapura pada 3 Desember 1959.
Kontribusi yang tak pernah terlupa dari orang Indonesia yang memilih menjadi WN Singapura. Sejak zaman kerajaan Sriwijaya lalu dilanjut dengan Kesultanan Aceh lalu Kesultanan Siak, Singapura pernah menjadi bagian kerajaan maupun kesultanan di nusantara.
Suku Minang, suku Melayu Riau sudah menjadikan Singapura sebagai kampung halamannya. Masih banyak peranakan suku suku di nusantara yang akhirnya memilih tinggal di Singapura. Kalau bicara kepindahan orang Indonesia ke Singapura sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.