Sejak kejadian tikaman yang dialami ayahku ketika masa mudanya ternyata sangat membekas. Ayahku sangat berambisi semua anak anaknya terutama anak laki laki harus memiliki kemampuan beladiri. Mampu melakukan perlawanan dan mempertahankan diri bila ada serangan fisik.
Salahsatu cara yang dilakukan ayahku adalah meminta salah satu pamanku yang memiliki kemampuan beladiri dan ilmu kanuragan. Namanya Mad Zaini , aku memanggilnya Wan Mad. Wan Mad adalah adik bungsu ibuku. Ia adalah anak laki laki satu satunya.
Sejak muda Wan Mad menjadi anak kesayangan Datuk dan Nenek. Cerita Ibuku Wan Mad seorang anak muda yang gagah dan tampan. Banyak disukai wanita. Sayangnya sebuah kecelakaan sepeda motor membuat Wan Mad harus mendapatkan perawatan serius. Kecelakaan itu meninggalkan bekas luka di sebagian tubuh Wan Mad termasuk wajah.
Wan Mad seorang lelaki pemberani, Ia belajar beladiri dan belajar ilmu ilmu kanuragan yang salah satunya adalah ilmu kebal senjata tajam . Ilmu ini didapat Wan Mad dari berguru kepada Wan Kemal yang merupakan sepupu ayahku.
Ilmu yang dimiliki Wan Mad inilah yang diminta ayahku untuk diajarkan kepadaku. Yang pertama diajarkan adalah ilmu beladiri tangan kosong. Ini sangat membantu kepercayaan diri. Walau hampir tak pernah terpakai ketika berkelahi, karena memang saat SMP sudah sangat jarang berkelahi. Hanya sesekali saja dan akan cepat dilerai oleh teman yang lain.
Aku masih ingat Ketika ilmu kebal senjata tajam diturunkan kepadaku. Saat itu kami sekeluarga pulang kampung untuk menghadiri resepsi pernikahan salah seorang keluarga dekat. Selama di pesisir barat Lampung aku mendapatkan 'rapalan' khusus dalam bahasa arab yang diberikan Wan Mad.
Aku disuruh menghapalkan dan sering 'mendzikirkan' . Hingga tiba pada suatu sore Wan Mad memanggilku dengan membawa sebilah golok yang nampak baru diasah .
Sebuah Uji Coba
Aku sebenarnya sudah ragu apakah 'rapalan' yang diajarkan kepadaku akan bekerja dengan baik. Artinya ilmu kebal senjata tajam telah melindungiku dari golok tajam yang nampak sangat mengerikan. Selain ragu, rasa takut menjalariku. Sayang saat itu aku tak mampu memberikan alasan untuk membatalkan 'uji coba' yang akan dilakukan.
Aku terpaksa pasrah dengan harapan ilmu kebal yang telah aku dapatkan dan dengan rajin aku rapalkan setelah selesai sholat. Aku tak berani untuk menolak uji coba saat itu.
Kejadiannya sangat cepat sampai aku sadar tanganku terluka , darah mengucur. Wan Mad terlihat panik dan langsung mengambil kain lalu diikatkan di tanganku dengan maksud mengurangi darah yang keluar.