Lihat ke Halaman Asli

Novaly Rushans

TERVERIFIKASI

Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Kenakalan Semasa SMP (Autobiografi #15)

Diperbarui: 25 Juni 2023   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel ini lanjutan dari artikel sebelumnya, sila baca disini  Sumber : Ghalia Indonesia

Peristiwa ini masih aku ingat, cukup menyebalkan. Masih berhubungan dengan kawasan senen. Aku punya teman SMP. Aku lupa namanya. blasteran Indonesia -- Jepang. Temanku ini memang aneh bin ajaib. Entah karena masa puber yang tak terkendali. Ia ingin memiliki kartu remi 'khusus dewasa' .

Dan tempat membeli barang seperti itu berada dikawasan merah Senen. Awalnya aku menolak karena ngeri dengan kriminalitas di Senen. Tapi karena temanku terus merajuk dan iming iming dibayarin nonton film Perwira Ksatria yang dibintangi Dede Yusuf aku akhirnya setuju menemaninya.

Dan benar begitu masuk kawasan ini, banyak calo menawari video, buku dan remi 'dewasa' . Aku yang berlaga sok tau tidak menggubris sampai masuk ke lokasi yang paling aman. Transaksi temanku berjalan alot karena harga yang ditawarkan mahal.

Aku memutuskan untuk berpindah penjual. Benar saja begitu akan berpindah penjual harga langsung berubah lebih murah. Transaksi berhasil. Satu paket remi 'dewasa' telah berpindah tangan.

Aku dan temenku segera keluar dan berjalan cepat mencari posisi aman. Langsung naik metromini duduk dibangku depan. Sejauh itu aman.

Sampai di Cempaka putih, temanku sibuk melihat remi dengan wajah 'mupeng'. Aku geleng geleng kepala melihat kelakuan temanku ini. Aku sendiri tak tertarik karena merasa jijik.

Setelah selesai , satu paket remi itu diberikan kepadaku untuk dibawa pulang dengan alasan ia takut ketahuan bila punya barang seperti itu. Aku tentu tak mau menerima , aku usulkan untuk dibuang atau dibakar saja.

Temanku tak setuju dan ia cuma ingin reminya dibantu aku simpankan. Terserah mau disimpan dimana yang penting aman. Perdebatan sengit terjadi walau akhirnya aku mengalah dan membawa kartu remi 'dewasa' itu pulang ke rumah.

Seharian aku tak tenang, Kartu remi aku sembunyikan dibawah lemari baju didalam kotak sepatu. Aku tahu jadwal Ibuku ke kamarku.

Kalau saja ayah atau ibuku tahu entah bagaimana nasibku. Esoknya kartu remi ini aku bawa ke sekolah dan aku serahkan kembali kepada temenku. Aku tak perduli lagi bila harus berkelahi bila ia tak mau menerima kartu reminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline