Artikel ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya, sila dibaca disni
Saat SMP juga aku mulai melakukan petualangan kota. Jakarta di awal 1990 mulai berbenah. Gedung bertingkat semakin banyak, fasilitas umum juga mulai ramai. Hal yang menarik untukku adalah toko buku besar seperti Gramedia di Jalan Matraman dan Gunung Agung di Kwitang.
Di tahun 1987 sedang trend cerita Lupus karya Hilman Hariwijaya atau Balada si Roy karya Gola Gong. Khusus untuk cerita Lupus , aku rela berjam jam membaca secara gratis di Toko Gramedia. Tak ada yang melarang bila hanya sekedar membaca selama tidak duduk dilantai.
Beberapa judul buku Lupus aku beli dengan cara menabung. Sayangnya beberapa buku lupus yang aku miliki tak kembali ketika dipinjam teman. Lupus menjadi model tulisan yang aku suka. Enak dibaca, sesuai selera remaja, banyak sisi humornya tapi memiliki makna yang bisa diambil.
Majalah HAI juga sedang trend saat itu, majalah gaya hidup anak muda ini menjadi trendsetter. Artis artis remaja seperti Ryan Hidayat, Onky Alexander, Nike Ardila, Anggun C Sasmi, Desi Ratnasari digandrungi remaja saat itu.
Film Catatan Si Boy dibuat dalam 5 skuel , sejak 1987 hingga 1991. Film yang dinanti remaja saat itu laris manis, bioskop penuh . Termasuk Ketika Lupus mulai di film-kan pada 1987. Dengan Judul Tangkaplah Daku Kau Kujitak ini diperankan Ryan Hidayat.
Era 1985 hingga awal 1990 Film Indonesia terus meroket, berbagai genre memenuhi bioskop kala itu. Untuk musik banyak bermunculan band band anak muda yang terus melegenda hingga hari ini, Dewa 19 dan Slank adalah dua band era 90 yang tetap eksis.
Aku sangat menggemari musik saat remaja. Salah satunya dari Radio yang tumbuh subur. Radio Sonora yang terkenal dengan AMKM , Anda Meminta Kami Memutar. Lagu lagu yang sedang trend selalu diputar. Radio Prambors , Radio SK (suara kejayaan) yang banyak menelurkan artis dan pelawak dizamannya. Grup Bagito , Patrio, Komeng, Ulfa dan beberapa nama lainnya.
Radio terus menjadi media hiburanku, Saat SMP hingga SMA Radio telah menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Bahkan Ketika mulai booming alat pemutar musik Walkman , aku masih setia dengan Radio.
Dulu toko toko kaset bertebaran , baik kaset asli dan kaset bajakan. Perusahan rekaman saat itu juga menangguk untung. Mengoleksi kaset salah satu kebiasaan remaja di era 80-90. Bila lagi tak punya uang, kaset bekas pun menjadi incaran.
Mengoleksi kaset seperti mengoleksi buku. Bisa dipajang di ruangan tamu atau kamar pribadi. Namun banyak suka duka memutar kaset yang kadang kusut. Untuk memutar ulang harus melakukan rewind, dan proses inilah kaset sering kali kusut.