A. Pengertian dari Krisis Moneter
Krisis moneter merupakan kondisi yang dimana perekonomian di sebuah negara maupun di beberapa negara yang mengalami perguncangan dan ketidakstabilan yang memiliki dampak sistemik di berbagai sektor. Yang berakibat jika suatu negara dilanda krisis ekonomi di antarnya menurungnya Produk Domestik Bruto (PDB), kurangnya likuiditas,serta harga-harga naik (inflasi) maupun menurun (deflasi), yang berdampak saat diukur dengan jangka waktu dapat diklasifikasikan menjadi resesi dan depresi. Resesi ekonomi yang terjadi mungkin tidak akan lebih dari satu tahun dan efeknya lebih ringan dari depresi. Menurunnya sistim ekonomi dunia yang sangat dahsyat terjadi pada tahun 1930 – 1940, pada masa itu ekonomi Amerika Serikat hampir mengalami kehancuran total. Lantas apa yang terjadi jika Indonesia terkena bencana krisis moneter?
Beberapa kali indonesia mengalami krisis ini akan tetapi krisis yang besar dan terasa sekali dampaknya adalah saat krisis tahun 1998 yang diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, yang berakibat utang luar negeri yang dimliki Indonesia dalam dollar AS menjadi membengkak dan lebih dari 200%. Pada saat itu juga, pergejolakan ekonomi menukar ke sektor politik, yang tandainya dengan adanya aksi demo di berbagai titik, seperti insiden tertembaknya mahasiswa Universitas Trisakti, dan mundurnya presiden Soeharto dari jabatannya. Dengan demikian, krisis ekonomi yang telah terjadi dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang untuk dapat ditetemukan faktor-faktor pemicu dan penyebabnya, sehingga Indonesia mampu untuk memperbaiki sistem perbankan, fiskal, instrumen utang, dan meminimalisir serta memitigasi risiko terjadinya krisis moneter.
B. Penyebab-penyebab terjadinya kejadian Krisis moneter
1. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang kian menurun dikarenakan banyaknya para eksportir yang membutuhkan uang dollar untuk bertransaksi dengan pihak asing. Hal ini membuat harga barang-barang impor menjadi lebih mahal dan akhirnya ini berdampak pada inflasi yang tinggi
2. Hutang yang sifatnya jangka pendek senilai 138 miliar dolandan akan jatuh tempo pada akhir tahun 1998 hal ini membuat tekanan pada nilai tukar yang menyebabkan nilai menjadi turun secara drastis. Pada masa itu juga cadangan devisa negara hanya sekitar 15 miliar dolar ini menyebabkan bangsa Indonesia tidak mampu untuk membayar hutang dan suku bunganya
3. Perkembangan politik yang kian menghangat juga menjadi salah satu penyebab krisis moneter. Pada saat itu kesehatan presiden soeharto yang kian menurun membuat para investor asing tidak mau untuk menanamkan modalnya di Indonesia
4. Ketidakkonsistenan kebijaksanaan fiskal dan moneter dalam sistem nilai tukar dengan pita batas intervensi. Hal ini terjadi dikarenakan ketidakmampunya pemerintah dalam menangangi krisis kepercayaan dan menarik investor asing untuk memberikan bantuan finansial kepada negara.
5. IMF yang tidak mau sepenuh hati untuk memberikan bantuan dana serta negara sahabat yang ingin membantu menunggu keputusan dari imf. ini semakin memperparah dan memperpanjang terjadinya krisis moneter.
6. Terjadinya Kerusuhan besar-besaran terhadap etnis cina pada pertengahan tahun 1998.ini menyebabkan krisis kepercayaan terhadap pemerintah dan kepanikan massal. Padahal etnis cina telah menguasai sebagian besar pasar modal dan kegiatan ekonomi yang terjadi di Indonesia.
7.Pemakaian sistem devisa yang terlalu bebas dan tidak adanya pengawasan yang ketat,
Yang memungkinkan arus dari modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas
berapapun jumlahnya. Kondisi tersebut disebabkan, karena Indonesia menganut rezim
devisa bebas dengan rupiah yang terlalu konvertibel, dan menjadi penyebab membukanya peluang yang tinggi untuk orang bermain di pasar valas. Masyarakat yang dengan bebasnya dapat membuka rekening valas di dalam negeri atau di luar negeri. Valas bisa diperdagangkan di dalam negeri,sementara itu rupiah juga bebas diperdagangkan di pusat-pusat keuangan di luar negeri.
C. Dampak dari Terjadinya Krisis Moneter
1 . Dari Sektor Ekonomi
Inflasi merupakan dampak dari krisis ekonomi 1998. Dari Laporan Tahunan Bank Indonesia tahun 1998/1999 laju inflasi pada tahun 1998 yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai angka 77,6 %. Tingkat inflasi ini mencapai pada tingkat hyperinflasi. Penyebab nya adalah tingginya tingkat penawaran sedangkan kondisi pasokan menipis dan menurunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan menaikkan harga barang-barang impor dan meningkatkan harga barang secara umum. Produksi barang yang kian menurun akibat menurunnya kegiatan produksi, kurangnya hasil pertanian, dan distribusi yang terlambat diakibatkan terjadinya kerusuhan Mei 1998.
Pada saat yang lain menurunya nilai tukar rupiah secara tajam juga membawa berkah. Umumnya impor barang menurun tajam termasuk impor buah, perjalanan menuju luar negeri dan pertukaran pelajar ke luar negeri, kebalikannya arus masuk turis asing akan meningkat tajam, daya saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan impor rendah juga akanmeningkat hingga akan bisa mengurangi impor dan meningkatkan ekspor khususnya yang berbasis pertanian, pelindungan industri dalam negeri juga akan meningkat mengikuti dengan merosotnya nilai tukar rupiah, pengusaha domestik tidak lagi mengajukan untung dari luar negeri. Dan sebagai hasil adalah perbaikan dalam neraca berjalan.
Petani dengan komoditas ekspor seketika penghasilannya dalam bentuk rupiah seketika mengalami peningkatan secara drastis, sementara itu di sudut pandang konsumen dalam negeri harga-harga bahan pokok contohnya beras, gula, kopi dan sebagainya ikut naik. Tetapi ekspor yang secara teoritis memungkinkan naik, itu tidak terjadi, bahkan sedikit menurun pada sektor barang hasil industri. Akan tetapi, penerimaan rupiah petani komoditi ekspor meningkat tajam, sayangnya penerimaan ekspor dalam valas umumnya tidak berubah, dikarenakan klien importir di luar negeri juga akan menekankan harga karena petani harga dari komoditas ekspor yanng tidak stabil, dan negara-negara produsen lainnya juga akan mengalami depresiasi dalam nilai tukar mata uangnya dan bisa menurunkan harga jual dalam nominasi valas. Hal tersebut juga terjadi untuk ekspor barang manufaktur, yang mana saat adanya kesulitan lain untuk meningkatkan ekspor, didapati masalah pada pembukaan L/C serta banyaknya kerusuhan dan politik yang tidak menentu sehingga importir dari luar negeri mulai untuk mengalihkan pesanannya ke negara lainnya. Dari keseluruhan dampak negatifnya terjadinya turunnya nilai tukar rupiah masih lebih besar dari dampak positifnya.
2. Dari Sektor Sosial Masyarakat
Berdasarkan Data Strategis BPS persentase penduduk miskin yang tercatat pada tahun 1998 sekitar 24,23 persen (49,5 juta orang). Dengan Meningkatnya jumlah penduduk miskin ini tidak terlepas dari turunnya nilai tukar rupiah tajam, yang menyebabkan oleh terjadinya kesenjangan antara masyarakat yang memiliki penghasilan yang berkurang karena di PHK atau pengeluaran yang meningkat dikarenakan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan persentase pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas yang terjadi.
3. Dari Sektor Pemerintahan