Menurut Jasa Ungguh Muliawan dalam buku Manajemen Home Industri: yang berjudul "peluang usaha di tengah krisis" ia mengatakan bahwa jumlah tenaga kerja rata-rata 5-10 orang. Industri kecil dapat meningkatkan penghasilan keluarga dan mengurangi jumlah pengangguran, yang banyak dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang. Oleh sebab itu, masih dibutuhkan adanya pembinaan terhadap industri kecil agar menjadi usaha yang lebih efisien dan mampu berkembang mandiri, meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan usaha dan mampu meningkatkan perannya dalam penyediaan barang dan jasa.
Konveksi Novalla merupakan satu diantara sentra industri rumahan (home industri) yang prospektif di Medokan Ayu Surabaya. Konveksi Novalla adalah usaha konveksi milik Ibu Sulastri. Usaha konveksi Novalla berada di Medayu Utara XVII dan telah berjalan selama 4 (empat) tahun, Home industri Novalla ini dapat memproduksi berbagai model pakaian, mulai dari pakaian orang dewasa sampai pakaian balita. Home indutry milik ibu Sulastri ini mempunyai, jumlah permintaan yang besar tetapi belum semua bisa terpenuhi karena keterbatasan modal dan juga peralatan produksi. Produk konveksi Ibu Sulastri sebenarnya dapat bersaing dengan produk konveksi lainnya, apabila lebih efektif produktivitasnya.
Akan tetapi, karena efek pandemi covid 19, kuantitas penjualan berjalan statis, tidak pernah ada peningkatan dalam volume produk, di samping itu juga ketidaktahuan mitra dalam menghitung dan mengelola setiap pendapatan yang diperolehnya membuat modal usaha semakin menipis dan membuat penambahan alat produksi menjadi tidak terpenuhi. Melalui kegiatan KKN bertema "Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan Di Era Endemi" Universitas 17 Agustus 1945, saya Nova Dwi Lestari, Prodi Manajemen, memiliki program unggulan kewirausahaan yang dapat diterapkan kepada Usaha Home Industri milik Ibu Sulastri.
Tujuan dari program kerja yang dilakukan terkait dengan peningkatan volume penjualan, pertambahan keuntungan, pertambahan jumlah produksi, pertambahan peralatan produksi berupa alat jahit, dan juga pelatihan keuangan sederhana untuk dapat menghitung biaya produksi dengan efektif sehingga dapat diketahui dengan pasti tingkat keuntungan yang diperoleh, yang selama ini tidak diketahui berapa tingkat keuntungan yang diperoleh per-unit barang yang diproduksi dan juga jumlah biaya yang sebenarnya dikeluarkan. Selain itu penulis akan memberikan pengetahuan dan pelatihan kepada sasaran, tentang pengenalan platform digital, penyelarasan persepsi wirausaha, pengenalan digital marketing, branding, dan pengenalan media sosial Facebook dan Instagram.
Gambar Sharing mengenai program kerja KKN
Setelah mengetahui permasalahan yang dialami Ibu Sulastri, menurut penulis, Pemasaran terhadap hasil produksi belum efektif karena minimnya kuantitas produksi yang dihasilkan akibat dari kurangnya alat jahit. Maka dari itu penulis memberikan solusi dengan cara mencarikan partner jahit di platform media sosial Facebook, yang dimana Facebook terdapat grup komunitas jahit se-Indonesia khususnya komunitas jahit Surabaya, sehingga sasaran dalam waktu dekat tidak perlu membeli mesin jahit baru untuk meningkatkan jumlah produksi.
Permasalahan lainnya yang di hadapi mitra yaitu permasalahan pemasaran terhadap hasil produksi belum efektif karena mitra tidak memiliki pengetahuan pemasaran. Oleh sebab itu penulis melakukan pelatihan branding kepada mitra dengan membuat kartu nama dan menambahkan logo pada produknya agar produknya dapat dikenal oleh masyarakat luas, dan juga mengubah kemasannya, yang sebelumnya hanya memakai plastik kemasan yang tipis dan sekali pakai, diganti ke kemasan plastik klip pond ziplock ctik yang dapat menyimpan produknya dengan aman, mudah dibawa, tidak gampang sobek karena plastik mempunyai ketebalan 50 micron. Mitra juga memilih sosial media Instagram, Facebook dan menggunakan Whatsapp Business sebagai media pemasaran produknya. Sehingga penulis melakukan pendampingan dalam mendaftarkan akun pada Instagram, Facebook dan Whatsapp Business
Tampilan sebelum dan sesudah perbaikan pengemasan produk
Dilakukan pendampingan mengenai cara pengambilan foto dan video produk yang bagus dan cara mengeditnya agar dapat menarik perhatian pelanggan. Setelah foto dan video produknya jadi, mitra didampingi oleh penulis untuk melakukan promosi di Instagram, Facebook dan whatsapp businessnya yang telah dibuat. Mitra menjelaskan bahwa sebelumnya beliau tidak pernah menggunakan sosial media, tetapi setelah mengikuti pendampingan beliau mulai bisa menggunakan sosial medianya dengan baik dan benar.
Melakukan promosi melalui media sosial